Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kegagalan Total Pemerintah dalam Mitigasi Krisis Pangan

6 Oktober 2023   06:47 Diperbarui: 7 Oktober 2023   05:36 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya." (Mazmur 104:5)

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan jajarannya untuk mewaspadai situasi dunia yang tidak dalam kondisi normal serta mengantisipasi krisis pangan, energi dan keuangan global.

Arahan tersebut disampaikan Presiden saat memimpin Sidang Kabinet Parpurna (SKP) di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/6/2022).

"Krisis energi, krisis pangan, krisis keuangan sudah mulai melanda beberapa negara. Ada kurang lebih 60 negara yang dalam proses menghadapi tekanan karena utang sehingga menekan ekonominya, tidak ada devisa, dan masuk pada yang namanya krisis ekonomi, krisis keuangan negara itu. Contohnya satu, dua, tiga sudah mulai kelihatan dan diperkirkan nanti akan sampai ke angka tadi. Inilah yang harus betul-betul kita waspadai," ujar Presiden.

Kemudian, dalam jangka waktu pendek Kepala Negara meminta jajarannya untuk meningkatkan produksi sehingga tidak bergantung pada impor.

Sebagian besar kalangan ahli, pakar dan pengamat klimatologi menyatakan bahwa krisis iklim adalah target terbesar yang memancing banyak masalah global yang mengkhawatirkan, yakni krisis kelaparan global. Selanjutnya, dunia akan gagal beradaptasi, bahkan lebih jauh lagi, miliaran orang akan kelaparan.

Krisis pangan yang terjadi di suatu negara, akan memicu timbulnya krisis lain seperti krisis sosial dan krisis keamanan, seperti yang telah terjadi di beberapa negara di Afrika. Krisis pangan di Negara-negara tersebut telah memicu meningkatnya tindak kriminal, gangguan keamanan bahkan peperangan.

Kekhawatiran terjadinya krisis pertanian dan pangan ini diungkapkan oleh Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Mark Smulders, beberapa waktu yang lalu saat mengadakan pertemuan dengan para pejabat terkait di Kementerian Pertanian dan pihak terkait lainnya di Jakarta. Meskipun krisis yang terjadi di Indonesia tidak seburuk yang terjadi di negara lain seperti Filipina dan Karibia, namun kondisi perubahan iklim global ini tetap harus diwaspadai, karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan cakupan wilayah yang sangat luas dan memilki karakteristik iklim dan cuaca yang sangat beragam.  (www.pertanian.go.id)

Beberapa penelitian di FAO menunjukkan Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara yang akan paling menderita akibat perubahan iklim, terutama terjadinya kekeringan dan banjir. Pasalnya, fenomena ini akan menurunkan produksi pangan dan kapasitas produksi pertanian.

"Misalnya, di pulau Jawa karena perubahan iklim, diprediksi akan terjadi penurunan produksi sebesar 5% pada tahun 2025 dan penurunan 10% pada tahun 2050 mendatang. Penurunan produksi itu bahkan bisa lebih dari itu, ini perlu diwaspadai dan diantisipasi secara dini," ungkap Mark.

Mengenai posisi ketahanan pangan Indonesia, Mark Smulders menuturkan, meski pemerintah telah melakukan antisipasi cukup baik dengan meningkatkan total ketersediaan pangan untuk penduduknya, namun, dia mengingatkan lagi, tantangan ketahanan pangan tidak hanya mengantisipasi perubahan iklim, tapi faktor lainnya seperti urbanisasi, penyempitan lahan pertanian akibat alih fungsi serta belum efektifnya upaya pemberdayaan petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun