Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kegagalan Total Pemerintah dalam Mitigasi Krisis Pangan

6 Oktober 2023   06:47 Diperbarui: 7 Oktober 2023   05:36 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut ini data perbandingan jumlah bendungan antara Indonesia, China dan India, yakni sebagai berikut:

  • Indonesia     : 231 bendungan 
  • India               : 5.701 bendungan 
  • China              : 110.000 bendungan (www.kompas.com, 30/7/2018) 

Permasalahan sebenarnya, bukan kurangnya jumlah  bendungan. Sebab, padi selain bisa ditanam di lahan basah, juga ada yang bisa ditanam di lahan tadah hujan, bahkan lahan  kering/ladang. 

Ini karena budidaya tanaman padi sudah tidak menguntungkan di mata masyarakat. Dibarengi juga akibat Pemerintah terlalu menjaga rapor inflasi dan tak peduli dengan kesejahteraan petani. Pemerintah selalu berupaya menekan kenaikan harga pangan dengan melakukan impor berbagai produk pangan. Kondisi ini yang mematikan semangat petani untuk bercocok tanam. 

Bayangkan saja, harga gabah selama ini di bawah harga getah karet, dan sedikit di atas sawit. Maka, wajar saja bila masyarakat lebih suka tanam sawit atau karet dibandingkan dengan tanam padi, dan  trend  luas areal pertanian pangan semakin menyusut yang seharusnya semakin meningkat setiap tahun untuk mengimbangi kenaikan jumlah penduduk. Pada gilirannya, petani banyak yang beralih ke profesi lain karena harga komoditi pangan tidak menjanjikan keuntungan. 

Perbandingan harga gabah Bulog dengan harga getah karet sebelum terjadinya lonjakan harga adalah sebagai berikut:

  • Harga getah karet alam adalah Rp 7.000 s.d. Rp 12.000/kg 
  • Harga Gabah Kering Giling (GKG) Rp 4.000/kg.  (www.bps.go.id) 

Perhitungan:

  • 4 juta ton beras membutuhkan areal tanam lahan kering (padi ladang) 4 juta hektar, dengan produktivitas 1 ton beras per  1 hektar.
  • Lahan sawah tadah hujan atau irigasi dengan 1 kali tanam per tahun dan produktivitas 3 ton beras per ha, butuh luas sawah  kurang lebih 1,5 juta ha.
  • Lahan tadah hujan atau irigasi dengan pola 2 x tanam dalam setahun,  butuh  0,75 juta hektar lahan sawah.
  • Total luas areal tanam padi hanya 10 juta hektar.

Ini berarti, kalah jauh dengan sawit yang mencapai 16 juta hektar. Maka, secara ekonomi bisnis, sawit lebih menguntungkan dibandingkan dengan padi.

BPS mencatat, mayoritas atau 15,89 juta petani hanya memiliki luas lahan pertanian kurang dari 0,5 ha. Sebanyak 4,34 juta petani lahan pertaniannya hanya di kisaran 0,5-0,99 ha. Kemudian, petani yang luas lahan pertaniannya sebesar 1-1,99 ha sebanyak 3,81 juta jiwa.

Petani yang luas lahannya di kisaran 2-2,99 ha sebanyak 1,5 juta jiwa. Di atas luasan itu, jumlah petaninya tak ada yang sampai 1 juta jiwa.

sumber gambar: BPS
sumber gambar: BPS

Kondisi ini pun diperparah dengan menyusutnya luas lahan pertanian di dalam negeri. Sebagai contoh, luas lahan baku sawah nasional sebesar 8,07 juta ha pada 2009. Angka tersebut kemudian menyusut menjadi sebesar 7,46 juta ha pada 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun