Kalau rencana berjalan baik, aku akan menyusuri jalan lewat, jalan kecil, lalu, menyeberang sungai, terus menuju gunung Andong yang sebenarnya cukup jauh, itu target selanjutnya. Sebagai awalan ya yang jaraknya tidak terlalu jauh kurang lebih 7 kilo saja, menuju gunung Kuli. Waktu SD pernah diajak ke sana ketika acara pramuka. Melewati jalan yang masih berbatu-batu, tanah merah, jalannya licin sehabis hujan. Sepanjang jalan kami waktu itu bisa melihat aneka pepohonan. Paling banyak pohon kelapa, kemudian albasia, sengon, nangka, dan disepanjang jalan banyak tumbuh pohon kelor, sesekali pandan berduri dan deretan salak liar di seputar tebing.
Kami melewat sungai kecil yaitu Mangir, dan sungai besar Mangu yang mata airnya berasal dari gunung Merbabu yang gagah sebelah Timur berdampingan dengan Merapi di sebelah utaranya. Masuk ke perkampungan, kalau di tempat kami namanya dukuh, kepala dukuh sebutannya bayan. Jadi sebutnya Pak Bayan (Bu Bayan jarang ada sih). Jabatan Bayan itu untuk memimpin dukuh. Semacam RW. Menjadi Bayan itu bayarannya dengan mendapat bengkok kurang lebih satu dua petak tanah cukup luas. Tanah itu  bisa ditanami apa saja, entah padi, palawija dan atau tanaman yang menghasilkan lain sebagai pengganti gaji.
Kadang Pak Bayan itu jabatan pengabdian saja, namun kadang dari jabatannya Pak Bayan mendapat relasi yang luas, bisa sering rapat dengan kepala desa, bisa menjadi batu loncatan untuk mengejar jabatan lebih tinggi yaitu kepala desa atau sebutannya Lurah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H