"Ya.... iyalah karena kamu memang layak diperhatikan..sayang."
"Cie... sudah luwes nih ngomong sayang."
Melihat Dita rasanya bikin gemes saja. Ia orangnya benar-benar lincah. Cinta yang tumbuh dan bersemi itu membuat aku jadi sadar bahwa ternyata kadang sudut pandang laki-laki dan perempuan itu banyak bedanya. Sebagai laki-laki harus sabar menerima kenyataan ketika kadang emosi perempuan jauh lebih dominan.
Tanpa diduga kadang moodnya bisa-bisa berubah. Dan saat moodnya lagi kurang, kadang sering banyak berantem padahal hanya masalah sepele salah ucap dan salah ngomong. Tapi dasarnya kami sedang sayang-sayangnya pertengkaran itu membuat kami semakin sayang saja. Ada cemburu, kadang marah, kadang berdebat masalah selera, hobi yang gak nyambung, namun kembali kami menyatukan hati, saling berpandangan, berpegangan tangan dan senyum penuh arti.
"Kamu, itu kadang aneh, Dit, saya pikir orang cantik itu nggak ada cacatnya, tapi ternyata baru tahu kamu itu hobinya kentut ya... mana kentutnya bunyinya seperti kejepit dan baunya tiba-tiba sudah sampai di hidung."
"Hihihi...baunya nikmat khan Lur."
"Nikmat apa bikin mau pingsan ya."
"La, itu deritamu."
"Tuh, khan aku mulai hapal kalau kamu diam kamu pasti mau kentut ya, sana  ke sungai ke belakang dulu, buang kotoranmu biar nggak bau."
"Nggak mau... ini hadiah untukmu... kalau nggak suka, kita putus."
"Ya...nggak gitu mosok gara-gara kentut terus putus...aneh banget."