"Jadi mau nggak kamu sesekali membaui kentutku."
"Ya, sudah seterah... eh terserah...Dita sayang... yang kentutnya buaunya warbiyasah."
Tiba tiba ia mencubit pinggangku."Auuuuuuuu, sakit tahu Dit"
Suatu siang sehabis sekolah. Aku ngobrol dengan Dita, tentang keinginan mengajak hiking Dita. Aku ingin tahu reaksinya apakah ia suka ketika kuajak jalan-jalan tapi jalan kaki.
"Aku, sih mau banget Lur, tapi aku gak yakin diberi ijin ibuku."
"Kenapa?"
"Ya, karena aku anak perempuan, Lur. Tidak semudah keluar seperti cowok. Mau nginap di tetangga, mau blusukan, ya bebas."
"Oh, ya, ya aku tahu... Gini aku khan terinspirasi pada cerita-cerita seru lima sekawan, itu novel tentang petualangan anak-anak remaja karya Enyd Byliton. Kamu pernah baca?"
"Ya, sudah bacalah Lur, aku khan suka baca juga, pengin juga seperti mereka bisa memecahkan masalah-masalah yang rumit seperti layaknya detektif, atau intel kalau di sini."
"Iya, itu kalau kamu mau.. kita jalan sambil berkhayal seakan-akan kita anggota 5 sekawan itu."
"Khayalanmu ada-ada saja Lur. Tapi pengalaman itu penting juga, Lur, tapi aku nggak berani janji Ya Lur, semoga diijinkan."