Aku hanya tersenyum. Bagiku masih banyak yang kupikirkan selain mengkhayal tentang perempuan. Aku lebih tertarik bicara tentang fenomena alam, tentang jalan-jalan yang belum pernah kulalui, semakin terjal semakin menantang. Seandainya Dita mau kuajak bertualang mungkin aku akan jatuh cinta benar-benar dengannya.
Apakah aku harus berganti fokus, mengejar cinta baru, kemudian menyalurkan hobi yang banyak menyita waktuku itu.
"Sudahlah, Ndes, kejar dulu cintamu, taklukkan hatinya dahulu baru jujur apa yang kamu sukai."
"Susah ngomongnya Ed...grogi saat ada di depannya mau ngomong apa."
"Lama-lama terbiasa juga."
"Kamu sendiri bagaimana, Ed, sepertinya masalah perempuan pengetahuanmu canggih."
"Teori yang kubaca begitu, Ndes... masalah cinta rupanya aku  kurang beruntung. Perempuan pertama yang kutaksir menolakku mentah-mentah..."
"hahaha.... kamu sendiri belum bisa mempraktikkan, Ed"
"Paling tidak khan sudah usaha, Ndes, daripada kamu terlalu banyak mengkhayal dan blusukan."
"Oke, Ed. Kamu akan mendengar cerita manis tentangku minggu depan."
***