"Ah, belum penting... lebih asyik blasakan ke kebun, Seperti cerita tentang lima sekawan karya Enyd Byliton, menyesap udara alam, nah itu yang membuat aku jatuh cinta."
"Lebih asyik dibumbui romantismenya tambah menarik. Â Kisah cinta di perbukitan, cinta di balik ilalang. Itu Ndes, aku kasih ide."
"Ed, kok aku nggak kepikiran ya...kalau begitu akan kupikirkan bagaimana mengolaborasikan perasaan cinta pada alam dan cinta pada kekasih..."
"Nah, itu Ndes... kamu itu punya modal tampang lebih dari lumayan, ya sedikit di bawah aku hahaha...tapi kamu banyak kemampuan terutama jago menulis puisi...aku yakin sebenarnya kamu juga jago merayu perempuan. Tapi kamu seperti autis lebih sibuk dengan dirimu sendiri."
"Bicara tentang perempuan aku sebetulnya bukannya tidak pernah naksir, saat ini jujur ada seseorang yang aku suka... tapi .... Kuberitahu nanti siapa yang aku suka."
"Aku tahu seleramu, Ndes!"
"Siapa hayo..."
"Dita...khan!"
Aku kaget kenapa Edi bisa tahu persis perempuan yang aku taksir.
"Kok, kamu tahu...?"
"Memangnya aku tidak memperhatikan ketika kamu mencuri pandang, melihat Dita. Matamu beda saat memandangnya. Kamu tidak bisa bohong...Ayo usaha Ndes. Sat set gitu."