Mohon tunggu...
Lucas Dwi Hartanto
Lucas Dwi Hartanto Mohon Tunggu... wiraswasta -

Mahasisa Program Magister Sosiologi, Universitas Muhamadiyah malang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyingkap Fenomena "Teror" Begal Motor di Jakarta, Dalam Pandangan Teori Sosial Kritis, Sebuah Pengantar.

8 Maret 2015   12:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:59 2344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seram sekali tadi. Begal itu tadinya sudah mau diseret ke arah rel. Massa sudah sepakat menaruh begal di atas. Tapi kemudian tidak jadi, jadi cuma diseret-seret saja sambil dipukuli,” ujar Tri Wali (19), pegawai Gerai Ponsel ‘Phone Center’ dengan bergidik.”

http://awanjakarta.com/berita-begal-motor-terbaru-jambret-pasar-minggu-nyaris-dilindaskan-di-rel-kereta/


- - - - - - - - - - - - -

Pendahuluan.

Beberapa minggu ini wacana sosial ditengah-tengah masyarakat seolah terasa begitu ramai dan hingar-bingar, hal ini berkaitan dengan munculnya pemberitaan diberbagai media masa tentang fenomena sosial tindak kejahatan begal motor, yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia. Khususnya berita tentang para begal motor yang melakukan operasinya diwilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Posisi strategis Kota Jakarta dan wilayah-wilayah penyangga disekitarnya atau Jabodetabek, seperti kita ketahui merupakan Ibu kota negara, pusat kekuasaan, pusat penegakan hukum, dan pusat aktifitas ekonomi serta pemusatan akumulasi modal di Indonesia saat ini.

Bagaimana mungkin, Kota Jakarta sebagai representasi Negara, etalase depan dan pintu masuk utama Indonesia diantara negara-negara bangsa didunia, justru berlangsung peristiwa sosial yang begitu mengguncang, ditengah ketidak kehadiran Negara dalam bentuk jaminan keamanan dan ketertiban dalam dirinya. Peristiwa "teror" ini justru berlangsung ditengah-tengah jantung kekuasaan. Peristiwa sosial ini tentulah bagi banyak orang merupakan sebuah fenomena yang sangat riskan, mengkhawatirkan dan tentu saja terasa begitu aneh atau ganjil, dalam pendekatan cara pandang sosial yang lebih kritis.

- - - -

Sedikit Tinjauan Historis Peristiwa "Teror" Sosial dan Kriminalitas diIndonesia.

Peristiwa Fenomena begal motor di Jakarta ini tentulah sedikit banyak mengingatkan kita dan banyak orang kemasa lalu, bagaimana memori kolektif rakyat Indonesia mencatat saat-saat menghadapi masa transisi kekuasaan dari masa pemerintahan Orde baru ke masa jaman Reformasi, dimana peristiwa sosial yang terjadi di Indonesia tahun 1998 - 1999 sedikit banyak ada kemiripan. Atau bagaimana gambaran narasi kekejaman peristiwa Kriminalitas Penembakan misterius (Petrus), saat mayat-mayat bertato (preman) ditembak dan dibunuh dimana-mana, oleh aparat keamanan bertopeng tahun 1984[1]. Masih tersimpan dalam memori kolektif sejarah sosial bangsa Indonesia dimasa lalu, yang tak kalah mengerikan dan merupakan tragedi kemanusiaan paling kolosal dalam sejarah Indonesia kontemporer, adalah peristiwa pembunuhan masal tahun 1965 dan sesudahnya[2].

Tiga peristiwa besar berupa "teror" sosial dimasa lalu tersebut hanyalah sedikit contoh, dari sedemikian banyaknya peristiwa sosial serupa yang pernah terjadi di Indonesia, tentu saja dengan sekala lokalitas yang lebih luas dan masif, berlangsung dan tersebar diberbagai daerah di Indonesia, dengan beragam pola-pola yang hampir mirip, yang pada akhirnya menimbulkan efek "teror" Sosial secara meluas, bahkan sejak zaman Kolonial Belanda, sejak masa kemerdekaan, hingga dijaman Indonesia moderen hari ini.

Sebagai ilustrasi yang relatif masih hangat dalam memori kolektif bangsa Indonesia, yaitu peristiwa amuk masa pada bulan Mei 1998. Bagaimana peristiwa kemarahan dan frustasi sosial yang dialamai rakyat Indonesia, selama 32 tahun dibawah kekuasaan Orde baru. Kemarahan dan frustasi sosial pada saat itu, diterjemahkan dalam berbagai tindakan seperti penjarahan fasilitas-fasilitas publik dan atau properti milik orang lain. Dalam kondisi yang begitu mencekam pada masa itu, beberapa orang yang diteriaki maling ditengah jalan bisa dipukuli beramai-ramai oleh kerumunan orang banyak, bahkan bisa dibakar hidup-hidup hinggga tewas.

Situasi masa rakyat dikalangan bawah saat itu sering dikatakan sebagai situasi Chaossecara sosial, dimana aturan-aturan negara, hukum, norma-norma, nilai-nilai yang berlaku didalam masyarakat tidaklah berjalan sebagaimana situasi sosial dalam "kondisi normal" seperti masa-masa sebelumnya. Pemerintahan Orde baru selama masa kekuasaannya, hanya berorientasi pada tatanan sosial masyarakat berdasarkan Rust and order atau pendekatan Negara yang mengedepankan keamanan dan ketertiban, demi menjamin keberlangsungan eksplotasi modal [3] semata.

- - - -

Efek Pemberitaan Media Tentang Fenomena Sosial "Teror" Begal Motor di Jakarta.

Dampak atau efek sosial dari fenomena begal motor beberapa hari ini semakin terasa "kengerian"-nya ditengah masyarakat, jika kita saksikan liputan diberbagai  media masa beberapa minggu ini, apakah itu media cetak berupa surat kabar (koran dan majalah), atau sajian dalam berbagai pemberitaan dimedia Online, maupun tayangan pemberitaan di berbagai stasiun televisi.

Disisi lain, warga masyarakat yang mengalami korban langsung dari tindak kriminal begal motor ini tentunya punya pengalam dan cerita ngeri tersendiri. Begitupun masyarakat luas yang tidak mengalami korban langsung, yang hanya membaca dan melihat dari beberapa media juga tak kalah merasakan suasana was-was, takut, merasa tidak aman dan merasakan efek "teror" sosial berupa kengerian secara kolektif (baca: bersama-sama).

Sementara reaksi warga masyarakat disekitar lokasi pembegalan motor juga tak kalah mengerikan secara sosial, warga masyarakat yang mendapati atau menangkap pelaku pembegalan motor ini, secara sepontan melakukan tindakan eksekusi langsung (baca: penghakiman masa) terhadap para pelaku yang tertangkap tangan, seperti mengeroyok dan memukuli pelaku hingga babak belur, bahkan hingga meninggal ditempat kejadian jika tidak segera dilerai oleh Polisi. Bahkan lebih jauh, tindakan masa yang tak kalah mengerikan adalah membakar hidup-hidup pelaku pembegalan motor yang tertangkap di lokasi kejadian.

Berikut beberapa judul dan kutipan dari pemberitaan beberapa media massa di Jakarta, narasi liputan media ini mungkin bisa menggambarkan kejadian yang begitu dramatis dilapangan beserta efek kengeriannya secara sosial dalam konteks realitas kehidupan kita sehari-hari :

- - - -

Aksi Begal Menebar Teror.

Polda Metro Jaya mengakui 13 wilayah di Ibu Kota rawan aksi perampokan sepeda motor. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul, mengatakan pola perampokan sepeda motor akhir-akhir ini lebih kejam daripada sebelumnya.

http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/3416/1/aksi.begal.menebar.teror (2 Maret 2015. 20:08).

- - - -

Berita Begal Motor Terbaru: Identitas Begal yang Dibakar Warga Pondok Aren Terungkap.

Salah satu pelaku yang diduga begal motor dibakar hidup-hidup oleh warga hingga tewas di kawasan Jalan Masjid Baitul Rahim RT 02/03 Kelurahan Pondok Jaya, Pondok Aren Tangerang Selatan (Tangsel) Selasa 24 Februari 2015 pukul 00.15 WIB, setelah gagal melarikan diri.

http://awanjakarta.com/berita-begal-motor-terbaru-identitas-begal-yang-dibakar-warga-pondok-aren-terungkap/ (25 Februari 2015).

- - - -

Berita Begal Motor Terbaru: Jambret Pasar Minggu Nyaris Dilindaskan di Rel Kereta.

“Seram sekali tadi. Begal itu tadinya sudah mau diseret ke arah rel. Massa sudah sepakat menaruh begal di atas. Tapi kemudian tidak jadi, jadi cuma diseret-seret saja sambil dipukuli,”

http://awanjakarta.com/berita-begal-motor-terbaru-jambret-pasar-minggu-nyaris-dilindaskan-di-rel-kereta/ ( 02/03/2015, 20:23).

- - - -

Begal Motor Asal Lampung Ini Mengaku Jadikan Depok Sasaran Pertama Aksinya.

"Mobil dapat 3 kali, motor 15. Sudah dua bulan begal. Ada 1 korban motor yang dibunuh, 1 korban mobil," jelas dia. Serbo beraksi bersama 7 rekannya. Dia mengaku tak tahu dengan isu yang beredar selama ini adanya komplotan geng-geng begal. Mereka beraksi karena menganggur, dan Depok jadi lokasi pilihan karena mudah areanya juga ada kesempatan.

http://news.detik.com/read/2015/02/27/183912/2845349/10/begal-motor-asal-lampung-ini-mengaku-jadikan-depok-sasaran-pertama-aksinya (Jumat, 27/02/2015 18:41 WIB)

- - - -

Tiga Begal Motor Dihakimi Massa, 1 Tewas dan 2 Sekarat.

Peristiwa berawal ketika Briptu Jeffri Cahyadi, seorang Anggota Brimobda Lampung melintas di perkebunan karet PTPN VII Tanjung Bintang. Namun di pertengahan kebun karet, ia dihadang oleh 4 pemuda asing yang memalangkan dua sepeda motor. Para pelaku langsung mengeluarkan senjata api rakitan dan menodong korban. Namun beruntung senjata rakitan pelaku tidak meledak.

Kendati telah dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun nyawa Mirfan tidak bisa tertolong lagi. Pemuda berusia 27 tahun ini tewas dalam perjalanan ke rumah sakit. Jenazahnya langsung disemayakan di kamar mayat Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek Bandar Lampung. Sementara rekannya Faljir, masih dalam perawatan serius di RSU Abdul Moeloek. Pemuda ini sekarat dengan kondisi babak belur. Sedangkan pelaku lainnya yakni Yosep, lebih beruntung. Pemuda berusia 22 tahun ini hanya menderita luka dibagian wajahnya.

http://www.indosiar.com/patroli/tiga-begal-motor-dihakimi-massa-1-tewas-dan-2-sekarat_68505.html (2 Maret 2015. 20:24).


- - - -

Sedikit Tinjauan Teori Sosial Kritis.

Beberapa kritik teori sosial kritis atas teori Positivisme antara lain, pendekatan positivisme dikritik karena cenderung melihat kehidupan sosial sebagai proses alamiah, sementara teori kritis lebih menyukai atau memusatkan perhatian pada aktifitas manusia maupun pada cara-cara aktifitas tersebut memengaruhi struktur sosial yang lebih luas. Sementara kritik teori kritis atas Sosiologi mapan dianggap hanya menerima status quo. Aliran kritis berpandangan bahwa Sosiologi tak serius mengkritik masyarakat, tak berupaya merombak struktur sosial masa kini. Menurut teori kritis, Sosiologi telah melepaskan kewajibannya untuk membantu rakyat yang ditindas oleh masyarakat masa kini. [4]

Teori kritis melontarkan kritik pedas atas apa yang disebut sebagai "industri kultural", yaitu struktur yang dirasionalkan dan dibirokratiskan (misalnya, jaringan media masa, jaringan televisi dan informasi publik lainnya), yang hari ini mengendalikan kultur masyarakat moderen. Industri kultur menghasilkan apa yang secara konvensional disebut "kultur massa" yang didevinisikan sebagai kulture yang diatur... tak spontan, dimaterialkan, dan palsu, bukan ketimbang sesuatu yang nyata. Ada dua hal yang paling dicemaskan oleh pemikiran kritis mengenai industri kultural ini. Pertama, mereka menghawatirkan mengenai kepalsuannya. mereka membayangkan sebagai sekumpulan paket gagasan yang diproduksi secara masal dan disebarkan ke tengah-tengah massa melalui media. Kedua, teoritisi kritis terganggu oleh pengaruh yang bersifat menentramkan, menindas dan membius dari industri kultur terhadap rakyat. [5]

Sehingga teori sosial kritis pada dasarnya mampu menangkap fenomena sosial apa dibalik kemapanan sosial, keteraturan sosial dan produksi wacana-wana maindstream discourseatau wacana arus utama yang ada ditengah-tengah masyarakat. Teori sosial kritis juga memberikan sebuah gambaran besar kepada kita, bahwa realitas sosial bukanlah sesuatu yang terpisah-pisah, bersifat parsial, sepotong-potong dan seolah independen hanya berlangsung pada dirinya sendiri masing-masing. Akan tetapi teori sosial kritis dalam cara pandangnya bersifat holistik atau menyeluruh, berbagai peristiwa sosial dalam berbagai bidang saling terhubung, saling mempengaruhi dan juga yang terpenting selalu mengaitkan dengan relasi struktur, relasi power atau kekuasaan. Selain itu Teori kritis juga berusaha memetakan bagaimana posisi kepentingan orang banyak sejatinya berada, dalam relasi-relasi sosial tersebut, untuk memberikan prespektif perubahan yang lebih baik bagi tatanan sosial dalam masyarakat kontemporer sehari-hari.

- - - -

Tinjauan Sosial Kritis, Menyingkap Fenomena "Teror" Begal Motor diJakarta, dengan Realitas Sosial Kehidupan Rakyat Indonesia.

Dari pemaparan diatas telah dibahas bagaimana fenomena begal motor dan tinjauan singkat tentang teori sosial kritis. Sehingga dalam diri penulis muncul beberapa pertanyaan yang cukup mengusik dan terasa ganjil, aneh dan merasahkan secara sosial.

Pertama, apakah gejala tersebut merupakan proses alamiah, hanya sebatas bentuk dari rasa frustasi sosial yang saat ini melanda bangsa Indonesia secara kolektif dalam bangunanNation State atau Negara Bangsa moderen, ditengah memudarnya ekspektasi atau harapan banyak orang paska Pemilu 2014 beberapa waktu yang lalu, dimana banyak orang merasakan kehidupan yang seolah tidak ada perubahan dari masa-masa sebelumnya (Pemerintahan SBY), bahkan beberapa minggu ini rakyat banyak justru dikejutkan dengan terjadinya kenaikan berbagai harga-harga kebutuhan dasar seperti naiknya harga Beras, harga LPG, BBM dan lain-lain.

Kedua, situasi ini mengesankan seolah-olah kehadiran Negara tak berdaya dihadapan realitas sosial aksi-aksi Teror begal motor yang marak dimana-mana dilapisan rakyat bawah. Tapi ironisnya dalam situasi tertentu yang bersamaan, justru ditingkatan elite politik malah terjadi situasi Chaos, bagaimana konstelasi transaksional oleh elite-elite Politik Paska Pilpres lalau, rebutan jatah kekuasaan diantara mereka, seperti Konflik KMP VS KIH, konflik KPK VS Polri, yang terakhir konflik anatar Gubernur DKI Jakarta Ahok VS DPRD, dan konflik-konflik elit politik lain yang akan menyusul kemudian.

Ketiga, pertanyaan kritis berikutnya apakah para begal motor ini sejatinya bukanlah para maling atau pelaku kriminal kelas teri, atau maling-maling kecil yang mengalami frustasi akibat himpitan persoalan sosial-ekonomi, karena kemiskinan, karena kehidupan sehari-hari yang semakin sulit, sehinggga terpaksa beralih menjadi kriminal jalanan atau kriminal kelas kecil, yang meresahkan dan para korbannya adalah masyarakat dari kalangan kelas menengah bawah.  Tapi fakta yang ditangkap berbagai media masa dilapangan, sindikat atau jaringan begal motor ini relatif punya modal besar, misalnya untuk memebegal satu motor, mereka menggunakan empat motor sekaligus, dengan tujuan untuk memangsa satu motor yang menjadi target sasaran pembegalan. Bahkan beberapa dari para begal ini menurut pengakuan warga dan Polisi menggunakan senjata api. Tidak menutup kemungkinan bahwa jaringan para begal motor yang beroperasi di Jakarta ini terorganisir dengan rapih dan merupakan sindikat kriminal bermodal besar.

Keempat, dari beberapa pertanyaan diatas, menjadi mencurigakan bahwa pola-pola yang sudah meneror masyarakat banyak ini jangan-jangan ada motif Politik dibaliknya atau by design, Artinya bukanlah peristiwa kriminal murni yang alamiah, wajar dan peristiwa yang berdiri sendiri.

Apakah peristiwa teror begal motor di Jakarta yang menebar teror ditengah masyarakat lapisan menengah-bawah ini, ada kemiripan pola dengan peristiwa Petrus tahun 1984 atau peristiwa kriminalitas di Jakarta tahun 1998-1999 dimasa Orde baru. Dimana berlangsung sebuah operasi Intelijen yang terorganisir, solid dan rapih yang dilakukan justru oleh negara. Dimana Negara dalam hal ini aparat keamanan justru membina dan mendesaind sedemikian rupa peristiwa Teror Kriminalitas lewat badan-badan Intelijennya, kemudian membombardir wacana kriminalitas "sadis dan mengerikan" ini dimana-mana termasuk melalui media masa, tujuan dibalik semua peristiwa sosial ini, untuk membangun pendekatan kembali legitimasi "Negara Keamanan" (baca: Negara Polisi) atau represifitas Sosial kepada masyrakat luas. Misalnya apakah ada motif tersembunyi pula dalam konstek, untuk bagaimana memulihkan citra Polri ditengah masyarakat, paska hujatan publik tentang "Rekening Gendut" para Jendral-jendral petingginya.

Kelima, jika peristiwa maraknya begal motor ini bertujuan untuk menghadirkan teror sosial ditengah masyarakat lapisan bawah, lalu pertanyaan kritisnya apakah tujuan utama dibalik semua peristiwa ini? apakah mungkin wacana "histeria" kriminal sadis ini dimunculkan dikalangan rakyat banyak, untuk menegasikan atau mengalihkan persoalan sebenanrnya dari realitas konstelasi elite politik paska Pemilu 2014, yaitu

"Penjarahan" besar-besaran sumber daya ekonomi dalam arena politik transaksional, Konsolidasi elite-elite politik dan kekuatan Modal di lapisan atas. Sehingga untuk mengalihkan perhatian masyarakat banyak dilapisan menengah kebawah, maka pola-pola wacana histeria teror begal motor ini dihadirkan secara masif dan terus-menerus, dieksploitasi sedemikian rupa secara dramatis dan terus-menerus dilapisan bawah, hingga memiliki kekuatan Teror sosial secara luas, dimana terjadi pengalihan kontradisksi antara rakyat lapisan bawah VS rakyat lapisan bawah yang lain, tapi bukan sebaliknya bagaimana isyu-isyu kesejahteraan dan kemakmuran kongkrit bagi rakyat dalam kehidupan seharai-hari mengisi ruang-ruang wacana publik hari ini.

Keenam, dalam tinjauan teori sosiologi kritis diatas, sangat memungkinkan bahwa wacana teror sosial ini adalah untuk juga membangun sebuah Kepalsuan dan membius, dimana  unconcius atau ketidak sadaran massa rakyat dari lapisan bawah inilah yang dipisahkan dari  realitas sosial sehari-hari, yang berlangsung paska Pilpres. Tidak tertutup kemungkinan bahwa cara-cara ini dilakukan untuk menyapu bersih ingatan kolektif orang banyak, akan janji-janji kesejahteraan, keadilan, kemakmuran bersama pada saat momentum Pemuli beberapa waktu yang lalu, dan kembali menenggelamkan janji-jani Pemilu yang secara gencar dan terus-menerus meng-eksploitasi simbol-simbol Populisme semu.

Terakhir, sementara ditengah riuh-rendahnya wacana tentang Polri VS KPK, Ahok VS DPRD dan isyu begal motor ini. Menjadi menarik jika kita coba sedikit mengutip

Pernyataan Sikap Masyarakat Sipil Indonesia, Membangun Gagasan Alternatif : “Kekuatan Rakyat, Kedaulatan Negara, dan Solidaritas Ekonomi” :

Kondisi rakyat Indonesia dilapisan bawah justru sedang terjadi percepatan ketimpangan selama sepuluh tahun terakhir, dimana pada tahun 2013 angka rasio gini mencapai 0,41. Sebuah angka tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Ini menunjukkan, pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir orang saja bukan untuk semua. Oleh karena itu, diharapkan Presiden Jokowi memberikan perhatian terkait dengan masalah tersebut bukan hanya sekedar membangun infrastruktur tetapi mendorong sistem ekonomi yang sanggup mengurangi ketimpangan dengan memberi kesempatan yang lebih besar masyarakat ekonomi lemah”. Selain itu rencana Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dimasa pemerintahan SBY yang diperkirakan menyerap investasi sebesar US$ 4934,8 atau setara dengan 4.632 proyek infrastruktur. Era Jokowi-JK, melanjutkan program MP3I dimana pembangunan infrastruktur dituangkan ke dalam Visi dan Misi Poros Maritim. Bahkan kerjasama pembangunan infrastruktur Maritim di kawasan telah diinisiasi antara Indonesia dan China melalui skema Jalur Sutranya. Hal ini telah dituangkan dalam RPJMN 2015-2019. Berlakunya pasar bebas, khususnya MEA yang akan dihadapi Indonesia, akan semakin mendorong rakyat kecil masuk pada mekanisme pasar dan berhadapan langsung dengan pebisnis raksasa tanpa adanya perlindungan dari negara. Namun, sebaliknya perlindungan negara terhadap korporasi semakin tinggi ditengah kompetisi bebas ini. Hal ini menimbulkan ketidakadilan terhadap rakyat yang selama ini jauh dari perlindungan negara. (5)


Selain itu kita tidak bisa menutup mata, bahwa dimasa Pemerintahan Jokowi-JK yang baru berlangsung beberapa bulan ini, justru program ekonomi-politik Liberalisasi terus dijalankan, mengundang investor besar untuk dijajakan dan memberi jalur bagi makin merangsek operasi modal-modal raksasa ke segala penjuru basis-basis ekonomi Negara dan rakyat kecil, kapling-kapling "jarahan" sumberdaya alam strategis dan Infrastuktur telah digelar dan dipetakan dari Sabang sampai Merauke.

Selain itu, rencana pembebasan lahan secara besar-besaran untuk kebutuhan rencana lanjutan berbagai pembangunan Infrastruktur di Indonesia (sistim investasi kapital yang haus lahan), ini akan mendatangkan konsolidasi modal nasional dan Internasional.  Jokowi-JK tetap akan berkomitmen melanjutkan program ala MP3I di masa kekuasaan SBY. Ternyata berbagai isyu begal motor, konflik KPK VS Polri, DPRD VS Ahok, juga dibarengi dengan berita dibawah permukaan, banyaknya konsesi-konsesi kontrak tambang baru seperti Freeport, Newmont, Blok Migas Perusahaan China, Jepang, Korea di Indonesia dan lain-lain. Sekian.

-----------------------------------------------------------

Malang, 8 Maret 2015.

- - - -

[1] James T.Siegel, Penjahat Gaya (Orde) Baru: Eksplorasi Poitik dan Kriminalitas, Yogyakarta, LkiS,Tahun 2000

[2] Hermawan Sulistyo, Palu Arit di Ladang Tebu: Sejarah Pembantaian Massal yang Terlupakan (1965-1966), Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, Tahun 2000.

[3] G. Ritzer - Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Moderen, edisi enam. Prenada Media, 2008. (Hal. 178).

[4] G. Ritzer - Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Moderen, edisi enam. Prenada Media, 2008. (Hal. 180).

[5] http://igj.or.id/media-release-forum-masyarakat-sipil-indonesia-untuk-kebijakan-global-icfp-merespond-pertemuan-g20/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun