Mohon tunggu...
Dunia Halal
Dunia Halal Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dunia Halal adalah e-commerce pertama di Indonesia yang menyediakan berbagai produk, layanan & transaksi halal. Karena semua berawal dari yang halal.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pergi Haji Naik Becak

15 Maret 2018   09:57 Diperbarui: 15 Maret 2018   11:24 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baik Pak, saya ikhlas akan menerapkan itu sebisa saya."

"Nah, Mas Karno, sekarang saya ajarkan tahap berikutnya. Besok orang yang suka jual ke Mas Karno itu ajak ngobrol. Mas Karno minta dibuatkan merek di kue-kue itu, misalnya mereknya "Karno". Jadi nanti Mas Karno bukan jualan kue punya orang lain tapi kue punya Mas Karno sendiri, mereknya Karno. Kalau sudah begitu berarti Mas Karno sudah jadi pengusaha "Kue Karno". Bukan tukang becak dan bukan tukang kue!"

Dullah segera pamit setelah pertemuan itu karena dia harus ngisi seminar di Solo.

Usaha Mas Karno makin lama makin besar. Makin banyak tukang becak yang beralih jadi tukang kue mengikuti langkahnya. Sekarang bukan cuma pergi haji, bahkan Mas Karno sudah bisa memberangkatkan tetangga-tetangga dan sahabat-sahabatnya yang tukang becak pergi haji lebih dari 20 orang!

Prestasi memberangkatkan sahabat-sahabat dan para tetanggganya itu membuat Mas Karno diperlakukan seperti pahlawan. Sebaliknya, Mas Karno tetap hidup bersahaja, rendah hati, hampir tak ada yang berubah. Selain hidupnya lebih teratur dan tampak lebih bersih. Mas Karno tak pernah menggunakan uangnya untuk kebutuhan pribadinya secara berlebih. Dia tetap mengikuti anjuran Dullah: hanya menggunakan 5 juta untuk belanja keperluan keluarganya meskipun hidupnya sudah sangat berkecukupan. Setiap mau menggunakan uangnya Mas Karno selalu telepon, minta ijin kepada Dullah seolah uang itu milik Dullah.

"Ee...anu Pak Dullah, uangnya sudah banyak, boleh aku bikin masjid?" Tanya Mas Karno suatu kali.

"Subhanallah Mas Karno....!!! Aku benar-benar bahagia mendengar kabar ini." Jawab Dullah kagum.

"Alhamdulillah Pak Dullah, biar masjid deket rumah jadi besaaar." Sambut Mas Karno terharu.

"Kalau nanti aku juga mau bikin pesantren boleh ndak Pak Dullah?" Tanya Dullah di lain waktu.

"Lha, Mas Karno, itu uangmu, bukan uangku! Selama tujuannya baik dan uangnya cukup, mas Karno pakai apa pun boleh! Gak perlu minta ijin aku!" Ungkap Dullah meyakinkan Mas Karno.

"Anu Pak Dullah, aku takut. Dulu cita-citaku kan kepingin haji dan itu sudah terkabul. Aku ndak berani pake uangnya diluar cita-citaku dan kebutuhan utamaku. Makanya aku selalu ijin Pak Dullah khawatir Allah ndak ridho."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun