Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren - Pelarian

22 Maret 2016   23:50 Diperbarui: 29 Maret 2016   13:45 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku meminang kamu, teman yang aku kenal di pesantren belum lama ini. Pernikahan sangat sederhana, tidak ada pesta, hanya kendurian kecil-kecilan yang dilakukan di pesantren. Pak Haji Husin sangat gembira dengan pernikahan kita, bahkan ia hendak membuat pesta yang besar, tapi aku menolaknya.

Bagiku cukuplah diketahui oleh orang-orang di sekitar pesantren saja. Satu tahun bersama kamu, belum dikaruniai anak. Aku tak mau menjalankan tugasku, Ver. Penyakit yang kuderita semenjak jadi narapidana dulu belum sembuh-sembuh juga.

”Maafkan aku Ver, aku tak mau menularimu dengan segala laknat ini,” lirih bathinku bergumam.

”Vera ke pasar dulu ya Bang.” Tiba-tiba kamu berkata seraya memandangku tanpa kedip.

”Iya Ver, hati-hati ya. Ntar digodain cowok.” ledekku seolah ingin menunjukkan bahwa aku sehat dan tetap bergembira seperti yang sudah-sudah.

”Ah Abang, kalau Vera mau, sudah dari dulu, ngapain Vera menikah sama Abang.” Ia bersungut manja.

”Iya dech, Abang percaya 1000%.” Kataku sambil mengacungkan sepuluh jari. Lalu aku mendekatinya, mengelus pipinya dengan mesra.

”Maafin Abang kalau selama ini banyak salah dan menyusahkan Vera.” Kataku.

”Abang, koq ngomongnya begitu?” Kamu heran melihat genangan di bendungan mataku.

”Nggak apa-apa Ver, Abang hanya merasa selama ini banyak dosa pada kamu,” ungkapku

”Sebetulnya Vera lah yang harus minta maaf, karena selama menjadi istri Abang, Vera merasa belum melayani Abang layaknya istri yang berbakti.” Ia menitikkan air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun