Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren - Pelarian

22 Maret 2016   23:50 Diperbarui: 29 Maret 2016   13:45 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku akan berhenti jika Abang mau berjanji padaku,” jawabmu tertawa renyah. Mata tajammu menatapku, memandang serius sekali.

“Aku tahu janji yang akan kamu minta Ver.” Kataku terjun ke sungai berenang ke arahmu.

“Apa?” Kamu bertanya menantang jawabku.

“Kamu tak mau melihatku bertemu Aisyah kan?”

Kamu tertunduk. Mukamu yang tadi memerah berubah pucat. Terdapat linangan di pelupuk mata. Tapi butiran air sungai yang membasahinya mampu menyembunyikan itu. Kamu terus mengambil pasta dan sikat gigi, lalu menggosok gigimu hati-hati. Gigi putihmu bergemeletuk beradu. Apakah karena kedinginan atau karena menahan marah. Tapi kupikir kamu sedang mengusir ketaknyamananmu.

===000===

Telah kulewatkan masa-masa kebersamaanku dengan kamu. Seingatku, pada saat aku mengenal kamu di surau pesantren, kamu sangat kaget melihatku. Aku pun terkesima, seperti menemukan wanita yang pernah mengusik pikiranku.

Aku tak segera jatuh cinta pada kamu, bahkan tidak pernah berniat menikahimu, walaupun aku kerap memikirkan, tapi itu hanya karena aku merasa mengenal kamu.

Sebetulnya aku tak ingin menikahi siapapun setelah Aisyah dijodohkan. Juga tidak dengan kamu, Vera. Tapi aku tak mau Aisyah berharap terus dengan kesendirianku.

Saat itu cintaku pada Aisyah begitu menggebu, Ver. Setiap saat hatiku hanya tertuju padanya, bahkan pikiranku tak pernah meninggalkan wajah cantik Aisyah.

Aku pendatang baru di Pesantren ini. Aku menemukan tempat ini begitu saja. Karena pelarianku dari kota setelah tidak sengaja membunuh temanku sendiri dengan sebilah belati. Pembunuhan yang kulakukan membuat bathinku bergolak. Rasa bersalah, rasa berdosa, rasa takut dan berjuta rasa lainnya berkecamuk mengaduk-aduk dadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun