Penggunaan coping yang berpusat pada emosi
Faktor lain yang menjadi risiko munculnya kepribadian ambang/borderline adalah strategi pemecahan permasalahan/koping.
Folkman (1988) menyimpulkan bahwa strategi koping adalah usaha individu untuk mengurangi stres melalui usaha kognitif dan perilaku langsung.
Strategi koping dibedakan menjadi dua, yaitu strategi koping yang berpusat permasalahan (problem Focus copping) dan koping stres yang berpusat pada emosi (emotional focus copping).Â
Kedua jenis koping ini sama efektifnya sepanjang digunakan pada kondisi yang tepat, hanya saja ada individu yang hanya mengembangkan satu jenis koping yaitu, emotional focus coping.
Bentuk emotional focus coping yang tidak tepat seperti melarikan diri, memendam perasaan amarah, melakukan perilaku bahaya, menolak dirinya sedang bermasalah sangat erat hubungannya dengan gangguan kesehatan mental.
Copper (dalam Wibhowo, 2018) seeorang yang bersedia melakukan negosiasi dan mengubah pandangan (pengubah penggunaan koping yang tidak tepat) maka akan lebih sehat jiwa dan menjadi pribadi yang lebih adaptif.
Seseorang yang hanya menggunakan koping emosi maka kecenderungan mengalami depresi dan kecemasan lebih tinggi dibandingkan orang yang menggunakan problem fokus coping.
Kegagalan menjalin hubungan romantisÂ
Bowne berpendapat jika faktor psikososial merupakan salah satu penyebab gangguan jiwa seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, kegagalan dalam hidup, permasalahan terhadap penyakit dan permasalahan dalam perkawinan.
Permasalahan terkait dengan pasangan merupakan salah satu stressor paling banyak memicu gangguan kejiwaan, salah satunya gangguan kepribadian.Â