"Hmm. Aku pergi minggu kedua bulan ini."
"Kabari saja aku."
"Ya."
***
Bunyi notifikasi di ponselku berbunyi. Cepat kuraih. Berharap ada kabar tentang dirinya. Sedikit resah hinggap. Kutelan ludah kecewaku. Dia tak mengabariku. Tapi memposting kegiatan mendakinya di facebook. Ditingkahi aneka komentar friends facebooknya dan filler video pendek tentang aktivitas yang dilakukan. Kupandangi satu-satu. Wajah kumalnya terlihat lelah. Seperti biasa, tak pernah menonjol, berdiri di belakang kerumunan dengan senyum sinis tipis di bibir. Gadis-gadis manis berebut tampil dalam frame yang diambil melalui kamera ponsel. Aku mengenali mereka. Satu dari mereka memasuki hatinya. Mengetuk pelan, lantas mendekam di sana. Sedikit nyeri, kutekan segera. Tak boleh muncul, meski sekilas, tak boleh dibiarkan muncul. Dia milik masa depan dan bersama dengan masa depan. Aku tersenyum tipis, memandang kembali semua postingannya. Dia mulai menyukai pendakian.
 Ku tutup layar ponselku cepat.  Membunuh perasaan harus segera dilakukan sebelum menjadi bara lantas membakar yang sudah ada. Mudah bagiku melakukan. Aku pasti bisa. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H