Kamil dan Kamila bersaing untuk berpuasa penuh. Terlebih, Kamil kini bukan balita lagi. Kini ia sudah masuk SD maka ia mendapat tantangan baru dari ibundanya, agar ia tidak berpuasa setengah hari. Dan, ayahnya akan memberi hadiah mainan kalau Kamil mampu berpuasa sepenuhnya yaitu hingga magrib.
Kamila, adiknya Kamil memang terpaut dua tahun lebih muda dibanding abangnya itu. Namun, entah mengapa kamila juga begitu kekeh untuk tidak puasa setengah hari lagi di ramadan tahun ini.
Tantangan dari orang tua mereka sebenarnya hanya untuk memotivasi. Cara mendidik supaya mereka terbiasa melakukan puasa. Untuk ukuran anak-anak seperti mereka yang belum dewasa, mencoba berpuasa walau tidak sampai 30 hari itu sudah lumayan, pikir Ibunda.
***
Jam menunjukkan pukul 19.30Â
Tibalah saatnya, malam ini mereka tarawih bersama ayah mereka di masjid dekat rumah. Di perjalanan pulang, saling ejek pun terjadi lagi antara Kamil dan Kamila.
" Ayah, kalau aku bisa puasa full sampai magrib aku dibelikan mainan t juga? Aku mau HP aja yah!" Kamil merajuk kepada ayahnya.Â
" Loh, kamu kemarin kan mintanya robot. Kenapa jadinya mau HP?" Ayah mendekati Kamil yang berjalan di depannya itu.
" Mainan robot itu kan buat anak kecil. Kalau aku bisa puasa full sampai Magrib berarti aku sudah besar. Makanya aku minta HP." Jawab Kamil penuh semangat.
 "Oh begitu. Baiklah, kalau kamu bisa puasa full sampai magrib selama 1 bulan penuh nanti ayah belikan HP. Tapi, kalau tidak sampai 1 bulan penuh,  kamu main robot saja, karena itu berarti kamu masih seperti anak kecill." Ayah menerangkan dengan lembut.
" Oke aku bisa! Aku kan sudah gede! Aku main game tidak usah pinjem HP Mama. Dan nanti Kamila tidak aku pinjemin!" Tutur Kamil bersemangat.
" Loh, bukan cuma satu hari berarti ya yah?" Kamila menyambar percakapan.
" Aduh, Mila, Kita puasa di bulan ramadan. 1 bulan itu kan ada 29 hingga 30 Hari." Kamil menyahut.
" Oh kita puasa berkali - kali berarti ya Kak? Kamila melempar tanya kepada Kamil.
" Kenapa? Kamu mau nyerah ya? Ya kamu kan masih kecil kamu gak akan kuat. Nanti lebaran kamu gak punya mainan baru deh!" Canda Kamil.
" Wah wah, ayah penasaran. Siapa ya kira-kira yang akan dapat hadiah?" Pungkas ayah, yang mempercepat langkah kakinya. Ayah berjalan beriringan dengan Kamil dan Kamila. Tangan kanannya menggandeng tangan Kamila. Sedangkan tangan kirinya bergantung di pundak Kamil.
 ***
Jam menunjukkan pukul 03.30Â
Kamil bersemangat bangkit dari kasurnya. Â Di luar rumah terdengar suara dari toa masjid, " Sahur-sahur!". Ia temui ibunya sedang memasak. Ia tinggalkan Kamila yang masih tertidur pulas.
" Akhirnya bangun juga. Sudah ibu bangunkan dari tadi, itu makanan sahur kamu sudah siap." Â Bunda tampak sibuk.
" Itu buat ayah?" Kamil menggerayangi meja makan dengan pandangan matanya,
" Iya, ayah minta telur dadar. Loh mana adik kamu, kok gak kamu bangunin sekalian!" Â Ibunda masih sibuk menata makanan di meja.
" Biar saja Bunda. Kamila sepertinya masih mimpi indah." Ucap Kamil sambil sesekali menggosok matanya dengan lembut untuk menghilangkan kantuk.
 " Kamu gak bangunin aku kak!" Sambil berjalan agak sempoyongan Kamila keluar dari kamar.
"..." Kamil tak bergeming. Ia bahkan makin cepat melahap makanannya. Tak mau meladeni pesaingnya itu.
***
Jam menunjukkan pukul 12.00
Setelah meletakan satu gelas sirup di atas meja tamu, Kamil pun langsung mengendap-endap. Â Ia berjalan perlahan dari ruang tamu menuju kamar. Di dalam sana, terlihat adiknya tidur pulas di hadapan televisi yang tidak menyala.
Di tangan kanan Kamil tergenggam handphone milik ibunya. Ia telah mempersiapkan sesuatu dari HP berwarna hitam itu. Setelah masuk kamar ia pelan-pelan mendekati tubuh Kamila. Lantas Kamil menekan sejumlah gambar simbol dari layar hp itu.
" Allahu Akbar, Allahu Akbar...." Suara adzan tiba-tiba terdengar. Disusul suara adzan dari masjid di sekitar rumahnya.
 " Kamila coba dengar, sudah adzan! Ayo berbuka!"  Kamil tampak menahan tawa ketika melihat Kamila terbangun kaget. Ia pun berlari kecil menuju meja tamu, mengambil sesuatu.
" Ayo Mila, ini minum! " Kamil tampak antusias melayani adiknya dengan segelas sirup segar yang sudah ia sia
" Wah, Alhamdulillah," ucap Kamila spontan.
" Hahaha, eh ini bukan adzan Magrib! Kamu batal!" Kamil tiba-tiba tertawa.
Tiba-tiba Ibunda datang menghampiri mereka.
" Kamu tidak batal karena kamu tidak tahu. Sini .." ibunda langsung mengamankan gelas sirup itu.
" Aduh bunda! Aku sudah terlanjur minum sedikit, ini gara-gara kak Kamil, jahat!" Kamila mengeluh.
" Tenang-tenang, kemarilah. Kamil ikut sini ibu ingin bicara." Ibunda menggiring mereka keluar kamar.
Mereka pun beranjak keluar kamar menuju ruang tamu. Ibunda memberi nasihat khususnya kepada Kamil.
" Kamil, kamu harus tahu, puasa itu bukan hanya menahan makan dan minum." Ibunda mulai menerangkan.
" Apakah aku salah bu?" Kamil mengajukan tanya.
" Kakak curang!" Kamila tampak kesal matanya sedikit berair.
" Begini. Ketika berpuasa itu kamu juga harus menahan hawa nafsu dan perilaku buruk termasuk berbohong. Kalau kamu berbohong, berarti kamu tidak puasa dengan sempurna." Tutur ibunda dengan nada serius.
" kak Kamil batal juga ya bu?" Kamila menuding kakaknya.
" Loh, aku kan gak minum!" Kamil mengelak.
" Tapi kamu berbohong!" Kamila makin kesal.
" Anak-anaku. Karena kalian belum mengerti maka jangan diulangi lagi." Ibu berupaya menengkan suasana.
" Aku harus bagaimana Bunda?" Tanya kamila.
" Kamu juga dilarang marah. Karena marah itu juga termasuk hal-hal yang mengurangi nilai puasa." Ibunda menambahkan. Jadi mulai sekarang kalian lanjutkan berpuasa dengan sempurna. Tidak bohong dan tidak boleh marah. Karena itu bisa mengurangi kesempurnaan puasa kalian." Tutur Ibunda kepada Kamil dan Kamila.
" Emm, Â kita berdua sudah batal bu? " Kamil memelas.
" Bagaimana kalau kita habiskan saja sirup itu ya Bu?karena kita sudah batal." Â Kamila menyela. Ibunda pun seketika tersenyum sambil menggelengkan kepala.
Marendra Agung J.W
April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H