Jika maknanya rancu, maka tidak terjadi "kesepahaman" makna, antara penulis dan pembaca.Â
Sebagai contoh pada kalimat: "Kami ucapkan bergunung-gunung terima kasih kepada hadirin."
Frasa "begunung-gunung"Â pada kalimat tersebut membuat kalimat menjadi tidak lugas sehingga kalimat tersebut tidak dapat disebut kalimat efektif.Â
Agar menjadi lugas dan efektif maka frasa tersebut perlu dihilangkan. Dengan demikian, bentuk kalimat efektifnya yaitu: "Kami ucapkan terima kasih kepada hadirin".
4. Kalimat tidak efektif karena unsur kalimatnya tidak lengkap
Kalimat efektif yang terkenal ringkas dan tidak bertele-tele itu juga harus melewati prinsip kelengkapan unsur.Â
Siswa sebaiknya memahami bahwa kalimat efektif bukan sekedar tidak boros kata melainkan juga harus lengkap unsur-unsurnya sesuai kebutuhan makna.
Sederhananya, jika pesan yang ingin disampaikan oleh penulis memerlukan 8 unsur (kata) maka kalimat disajikan hanya dengan 8 unsur tersebut.Â
Jika penulis menyajikan 6 unsur saja, maka kalimat menjadi tidak efektif karena ada kebutuhan makna yang tidak terpenuhi, walau pun lebih ringkas.
Sebaliknya, jika penulis menyusun kalimatnya dengan 9 unsur, maka tetap tidak efektif karena karena tidak hemat dan berpotensi menghilangkan ketegasan makna. Oleh katena itu, penggunaan unsur kalimat harus sesuai kebutuhan makna, tidak kurang dan tidak lebih.Â
Sebagai contoh pada kalimat:Â "Pak Bupati suka olahraga sepak bola, tenis, dan bakso malang."