Unsur-unsur atau kata-kata dalam bangunan kalimat harus memberi pengaruh pada makna (yang dimaksud oleh si penulis).Â
Maka dari itu, kata-kata yang tidak memberi pengaruh lebih baik ditiadakan, agar lebih efesien.
Sebagai contoh pada kalimat: "Pemberian penghargaan dapat diberikan dalam bentuk kenaikan upah."
Kalimat tersebut belum dapat sepenuhnya dikatakan efektif. Sebab, ada unsur-unsur yang tidak dibutuhkan atau dapat dihilangkan.Â
Kata "pemberian" dapat dihilangkan karena mewakili makna yang sama dengan kata "diberikan".Â
Dengan demikian, bentuk kalimat efektifnya yaitu: "Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk kenaikan upah."
3. Kalimat tidak efektif karena penggunaan kata-kata yang maknanya tidak lugas
Kalimat efektif harus lugas atau tegas makna. Hal ini adalah prinsip penting yang perlu siswa pahami. Sebab, pembahasan kalimat efektif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini memiliki ruang tersendiri.
Umumnya, teks yang dikaji dalam pembahasan lebih kepada karya tulis ilmiah, surat dinas, dan pengumuman-pengumuman formal, bukan pada karya sastra.Â
Kalimat yang lugas dapat dipahami sebagai kalimat yang tidak memiliki lebih dari satu makna. Berbeda dengan karya tulis sastra yang memiliki kekuatan pada makna konotasi dan asosiatif sehingga sering menimbulkan makna ganda.Â
Konsep dasar kalimat efektif dalam hal ini adalah tidak mengandung makna konotasi. Kalimat efektif tidak menimbulkan makna rancu, memberi kesan makna lain, dan multi tafsir.