Pemberontakan itu bisa dibuat dengan meluapkannya pada hal-hal yang tak baik, seperti melakukan kekerasan fisik dan mental kepada orang lain.
Juga, hal ini menghadirkan luka batin. Ketika luka batin tak diolah, hal itu terus berdiam di dalam diri.
Tanpa disadari luka batin itu malah meledak ketika ada sesuatu hal yang membangkitkannya.
Seorang teman begitu marah kepada adik kelasnya. Setelah dicek, ternyata wajah dari adik kelasnya itu serupa dengan wajah dari pamannya yang pernah melukainya sewaktu dia masih kecil.
Beruntung, teman ini mau terbuka dengan persoalannya sehingga dia mau mengolah situasinya. Persoalannya, ketika luka batin karena perlakuan di keluarga tidak diolah, hal itu malah menimbulkan masalah di kemudian hari.
Salah satu sebab dari luka batin itu adalah perbandingan yang dibuat oleh orangtua di antara saudara atau pun perbandingan anak sendiri dengan orang lain. Jadi, sangat perlu upaya untuk menghindari perbandingan yang merendahkan dan melukai anak.
Ketiga, Pembiaran pada anak yang melakukan kesalahan.
Tak jarang terjadi jika orangtua juga membiarkan anak melakukan kesalahan. Tak ada teguran. Tak dipedulikan dan malah didukung.
Misalnya ketika anak kedapatan berkelahi dengan teman-temannya. Bukannya menasehati anak untuk tidak melakukan hal tersebut, malah mencoba untuk membela anak dan mendukung anak untuk membalas perbuatan yang sama.
Perlakuan ini bisa membangun kepercayaan diri pada anak, dalam mana perbuatannya diamini dan didukung oleh orangtua.
Padahal, kalau seorang anak dinasehati untuk tak melakukan hal yang sama atau pun menghindari perbuatan yang bercela, dia pastinya berupaya melihat sisi positifnya.Â