"Kami harus belajar lebih banyak lagi. Belajar memahami apa keinginan lansia. Tak mudah, memang. Tapi tak ada cara lain untuk menyelamatkan para lansia," jelasnya.
***
Wasikan duduk di tubir sebuah batu di antara dua bangunan rumahnya, menanti Cyintia dan relawan LKS Kedung Keris.
Beberapa kali Wasikan berdiri di atas batu, memastikan Cyintia benar-benar datang hari itu. Dari atas batu itulah, Wasikan bisa melihat dari kejauhan orang-orang lalu lalang melewati pokok-pokok pohon kayu putih.
Dari kejauhan, Cyintia dan relawan berjalan tergesa-gesa. Payung yang sedianya untuk melindungi dari teriknya matahari lupa dibuka.Â
"Maaf mbah telat. Tadi melayat lansia yang baru saja gantung diri," kata Cyintia sambil sesekali minum air mineral yang disajikan Wasikan.
Mendengar itu, Wasikan berjalan menuju ruang tamu. Disusul Cyintia dan relawan yang lain. Di luar rumah Wasikan, udara terasa sangat panas. Sebuah truk milik Perhutani berhenti di tepi sungai yang kering.
Dua orang keluar dari dalam truk. Berjalan menuju rumah Wasikan yang berjarak 500 meter dari tempat truk itu berhenti. Dua orang itu mengambil 3 karung daun kayu putih hasil panenan Wasikan.
Tak berapa lama, truk meninggalkan kebun kayu putih. Meninggalkan Wasikan dan Cyintia. Meninggalkan seorang lansia yang telah lebih dari 10 tahun tinggal dan berumah di kebun kayu putih itu.
Tapi Wasikan tak sendiri. Ada Cyintia dan relawan LKS Kedung Keris yang akan terus menjaganya. Menjaga Wasikan agar tidak melakukan tindak bunuh diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H