Mohon tunggu...
Dony P. Herwanto
Dony P. Herwanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Story Teller | Journalist | Documentary Maker

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Seharusnya yang Bertahan Tak Hanya Kenangan

13 November 2020   08:41 Diperbarui: 13 November 2020   08:46 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari kami diliputi amarah yang tertahan.

Bukan kali ini saja pembalakan liar terjadi di wilayah kami. Jauh sebelum keluarga kami tinggal di Desa Gema, pembalakan liar sudah marak. Tepat saat Presiden Megawati Sukarno Putri menjabat, pembalakan liar sudah ada.

Setelah itu, saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden, kegiatan pembalakan liar sempat berhenti. Sejenak, kami merasakan apa yang dulu pernah kami dapatkan. Udara yang sejuk, air yang jernih dan jalan yang bagus.

Tapi itu tak bertahan lama. Memasuki tahun ketiga, pembalakan liar kembali marak. Sungai kembali keruh, udara kembali panas. Pabrik-pabrik pun berdiri di sekitar Suaka Margasatwa Rimbang Baling.

Sekali lagi, kami harus menghadapi situasi yang sulit. Alam yang kami jaga dengan susah payah dirusak begitu saja.

***

Deden Pramudiana, Peneliti di Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK) mengatakan, pada tahun 2000, jumlah industri kehutanan yang beroperasi di Provinsi Riau mencapai 312 unit, terdiri dari industry kayu lapis (10 unit), sawmill (270 unit), moulding (27 unit), chipmill (3 unit) dan industri PULP dan kertas (2 unit).

Dinas Kehutanan Provinsi Riau, pada 2005 mencatat adanya kenaikan jumlah dan kapasitas industri kehutanan di Riau menjadi 576 unit dengan kebutuhan bahan baku mencapai 22,7 juta meter kubik per tahun (Laporan Akhir Penyusunan Model RPPEG Provinsi Riau, 2016).

"Hingga Desember 2019, industri pengelolaan kayu (industri primer) yang terdaftar dan melaporkan rencana dan realisasi penggunaan bahan baku secara online dan berkala ke dalam SIRPBBI hanya 24 unit," kata Deden.

Berdasarkan kajian Forest Watch Indonesia (FWI), Provinsi Riau sebagai wilayah dengan kehilangan hutan terluas dalam periode 2009-2013, yakni sebesar 620.000 hektare. Pada kurun waktu ini, kebijakan moratorium izin baru mulai diberlakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya degradasi dan deforestrasi hutan.

Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) maupun penatausahaan kayu di Provinsi Riau, JPIK melakukan serangkaian pemantauan di Kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling dan industri kayu di Kecamatan Tratak Buluh, Kabupaten Kampar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun