"Sisanya, siapa yang akan bayar? Ya pihak rumah sakit. Makanya, hanya RSCM yang sementara ini sanggup melakukan program transplant," ucap Prof. Hanifah.
Untuk mengurangi pengeluaran biaya yang besar, Prof. Hanifah mengusulkan anak-anak atresia bilier untuk mengikuti program operasi kasai.
Operasi ini dilakukan dengan memotong bagian saluran empedu yang tertutup, lalu menggantinya dengan bagian dari usus halus.
Menurut Prof. Hanifah, operasi kasai dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan. Angka harapan hidup sampai menjalani transplant hingga 80 persen. Kasai jauh lebih murah secara biaya. Dan semua anak atresia bilier bisa kasai.
"Selamatkan anak atresia bilier tanpa transplantasi," kata Prof. Hanifah.
Rentan Didiagnosis Reaktif Covid-19
Awal-awal wabah Covid-19 dan Jakarta dinyatakan zona merah, Arsya sempat demam, dan muntah darah. Masih ditambah lagi sesak. Prosedur RSCM, jika ada sesak harus tes swab.
Akhirnya, usai menjalani serangkaian prosedur, Arsya dinyatakan PDP dan dibawa ke Gedung Kiara, tempat penanganan pasien Covid-19 di RSCM.
Akan tetapi, Arsya tidak disatukan dengan pasien yang sudah dinyatakan positif.
Selama 1 minggu, Arsya dirawat di Gedung Kiara. Setelah hasil tesnya keluar, Arsya dinyatakan non reaktif. Kemudian, Arsya dirawat di Gedung A, tempat perawatan biasa.
Waktu Jakarta menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Sartiani hanya sebulan sekali pergi ke RSCM. itupun untuk mengambil obat Arsya yang habis dan cek lab bulanan.