Mohon tunggu...
Rahma dona
Rahma dona Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

http://donasaurus.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Televisi Inkubator Alay yang Menjadi Budaya Nasional

16 Juni 2018   12:30 Diperbarui: 16 Juni 2018   20:16 2565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilust: papafox-pixabay

Nampaknya, ada upaya agar tayangan alay tetap berada di puncak rating. Jangan salahkan saya beropini, televisi menjadi pusat pembudidayaan  budaya  alay. Diharapkan nantinya, tontonan alay ini menjadi standar dalam pergaulan sehari-hari  bangsa Indonesia.

Orang -orang 'pinter' dan berkuasa di stasiun TV, tidak mau membayar biaya lebih untuk memperbanyak jumlah responden. Penambahan jumlah responden, akan memberikan gambaran yang lebih mendekati situasi nyata di lapangan. Kenyataan yang mungkin akan membuat tontonan alay tutup.Tampilan, tidak dinilai dari unsur layak-tidak tapi menghasilkan duit atau tidak. Jangan-jangan rating itu cuma kambing hitam dari kapitalis televisi rakus  menyedot untung dari murahnya biaya produksi tayangan alay. 

Percuma dong, kita kasak-kusuk soal tayangan yang tidak mendidik. Bila, awalnya perkara yaitu responden rating  tidak pernah jadi target bahasan.

Ingin tayangan yang lebih baik, bukan dengan menganti chanel TV. Tapi 'memaksa' pemerintah  campur tangan. Benahi, alasan apa yang bikin tontonan begitu  bisa nongol di TV***donapalembang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun