Perubahan sosial dan gaya hidup, mempengaruhi amanya waktu dan pilihan acara TV yang ditonton.Â
Suatu sore, sambil menyapu halaman saya mendengarkan obrolan anak-anak yang lewat. Queen,bocah perempuan kelas 5 SD, kulihat memperagakan monolog berikut di hadapan teman-temanya yang cekikikan.
".....eh ada sampah ....eh itukan foto mantan...... ih mantan kan barang bekas...... barang bekaskan sama dengan sampah..."
OMG dari mana anak segede biji kedelai, mendapat ide lawakan sekelas Nikita Mirzani begitu. Jawabnya, apa yang mereka lihat di televisi , you tube, atau media sosial.
Televisi memiliki kekuatan subliminal - daya mempengaruhi dan membentuk persepsi penonton. Apa yang tayang di TV, film dan media sosial, menjadi rujukan dan membentuk persepsi masyarakat. Super power inilah, yang kemudian dihubungkan dengan dampak tayangan alay yang sudah mulai diributkan orang.
15 tahun yang lalu, kemunculan stasiun TV swasta diikuti dengan hadirnya lembaga pengukur rating tayangan  di Indonesia. Rating mengambarkan seberapa banyak orang yang menonton suatu tayangan. Sejak itu, rating selalu dijadikan alasan stasiun TV untuk melanjutkan atau menghentikan tayangan. Crew TV,  melakukan segala daya upaya demi rating dan kelangsungan hidup acara mereka. Termasuk, menyelipkan trik murah meriah yang dianggap ampuh mengerek rating.
Trik - trik tayangan alay menurut CNN Indonesia
- Tamu RahasiaÂ
- Mengejek Lawan Main
- Drama dibalik layar
- Memancing tawa dengan jargon khasÂ
- Skandal Settingan
- Kehadiran pria kemayu.
Tidak ada yang baru dari daftar di atas. Salah satu sampai salah tiganya, selalu  dipakai dalam berbagai Â
jenis tayangan. Tetapi untuk menjadi tayangan dengan rating tinggi, bumbu-bumbu di atas perlu dilebihkan dibeberapa bagian sehinga mendapat predikat 'ALAY'
Kejutan yang membuat bintang tamu merasa malu atau marah adalah yang paling laku. Adu argumen, yang tidak masuk akal . Saling memancing emosi pemain, dengan membuka aib masing-masing. Semakin memalukan, konon semakin bagus ratingnya.Â
Vicky Prastyo contohnya, diajak main dalam tayangan 'alay' bukan karena tampan atau pinter. Kepandiran tingkat tingginya, adalah bahan lelucon tiada habis bagi lawan main. Biasanya, setelah lepas kendali kata-kata  yang tidak sopan kemudian meluncur tanpa  sempat disensor.