Hal ini memang tergolong 'normal' , bila ada suatu sentimen negatif yang menggegerkan dunia, maka pemikiran para investor pun berakhir pada menjual saham yang sudah dipegang, dan mengakumulasi sebanyak mungkin uang untuk disimpan atau dialokasikan pada instrumen lainnya. Hasilnya pun, indeks saham turun jauh, diakibatkan penurunan harga saham yang tergolong universal pada seluruh emiten.Â
Kembali kepada pergerakan harga Indeks, walaupun sempat menyentuh area 6700, pada akhir sesi tanggal 24 Februari 2022, angka tersebut sempat menguat kembali, namun tidak cukup besar dan akhirnya tutup pada zona merah di kisaran 6800. Â Bila hal ini terjadi, bagi investor yang agresif, kondisi ini penuh dengan ketidakpastian.Â
Akan kemana IHSG bergerak? Namun ternyata, di keesokan harinya IHSG kembali menguat, bahkan kembali mencetak rekor pada penutupannya. Hal ini pun tentunya mengingatkan kita semua kepada kondisi pasar saham yang, cukup sulit dan butuh pengetahuan tinggi untuk memprediksi gerakannya.Â
Pada Senin, 28 Februari 2022 rusia memberitakan peningkatan nilai suku bunga menjadi 20 persen. Hal ini pun menjadi suatu sentimen lagi bagi pasar saham Indonesia. Pada keesokan harinya, Sentimen ini ternyata diterima secara positif bagi Investor di Indonesia, IHSG pun menguat mengukir rekor kembali, pada awal perdagangan.
Menuju akhir  dari perdagangan harga kembali turun namun masih pada zona hijau. Dapat disimpulkan bahwa, sampai saat ini serangan yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina belum memiliki dampak yang berkelanjutan bagi bursa saham Indonesia.
Sikap Preventif yang dapat dilakukan oleh Indonesia dalam menghadapi konflik Rusia-Ukraina
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan bahwa akibat dari konflik Rusia dan Ukraina menyebabkan komoditas minyak mentah hampir menyentuh di harga US$100 atau Rp 1,4 juta per barel pada Kamis (24/2).Â
Menurut Bhima, hal ini bisa berdampak negatif ke harga pangan melalui transmisi terhadap kenaikan harga energi. Sehingga dikhawatirkan akan memicu inflasi yang lebih tinggi akibat kenaikan biaya logistik dan harga pangan.Â
Solusi yang disarankan oleh Bhima melalui peran pemerintah diharapkan mampu menambah alokasi subsidi energi dan diharapkan dapat mencegah  Pertamina agar tidak terburu-buru dalam menaikkan harga Pertamax dan Pertalite, sekurang-kurangnya sampai semester I.Â
Selain itu, pemerintah diharapkan mampu mengupayakan tindakan preventif melalui penambahan stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional, salah satunya berupa bantuan sosial.Â
Solusi berikutnya, yakni dengan menunjuk BULOG dalam perannya menjaga kestabilan harga dengan meningkatkan kapasitas stok kebutuhan pangan yang sekarang sedang terdesak, seperti kedelai. Menurut Bhima, stimulus dapat diambil apabila suatu saat BULOG membutuhkan suplai dana dalam pengadaan gudang yang baru.