Mohon tunggu...
diyah meidiyawati
diyah meidiyawati Mohon Tunggu... Guru - tinggalkan jejak kebaikan lewat tulisan

Diyah Meidiyawati, S.S, , seorang guru di sebuah SMK negeri di Bojonegoro, Jawa Timur .

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setelah Sembilan Tahun

18 Agustus 2024   09:55 Diperbarui: 18 Agustus 2024   10:01 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            “Mau jadi jagoan, kalian?’’ Aku terbawa emosi melihat mereka berdua, terutama Pras yang masih mengintimidasi Sega dengan kepalan tangannya hingga akupun menginjakkan kakiku ke kaki Pras.

            “Turunkan tanganmu , Pras!’’ Masih dengan nada tinggi, aku menegur Pras kembali. Sementara Sega hanya diam dan menjauhi Pras.  

            “Kalian berdua, ikut ke ruangan saya…lainnya bubar!’’ Akupun menggiring keduanya menuju ruang Waka. “Pak Gihan, ikut juga ke ruangan saya, ya!

            “Ya, Bu Diyah.’’ Pak Gihan juga mengikuti langkah kakiku beranjak dari ruang kelas XII MIPA. Tak lama setelah itu, bel tanda istirahat  berdering menandai jam pelajaran kelima akan dimulai . Saat melewati  ruang guru, semua mata menatap kedua remaja tanggung  yang sudah  membuat ulah beberapa menit yang lalu, utamanya pada Pras yang memang terkenal akan kebandelannya.   

            “Duduk!’’ setibanya di ruanganku, aku memberikan perintah pada keduanya. Mereka pun menuruti perintahku tanpa sedikit protes.

            “Pak Gihan, tolong orang tua kedua anak ini dikabari! Bilang kalau keduanya jotosan saat jam istirahat.’’ Sebagai Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, aku punya wewenang untuk mendatangkan orang tua ataupun wali peserta didik saat situasi darurat.

            “Ya, Bu Diyah.’’ Pak Gihan, sebagai wali kelas XII-IPS segera men-dial kontak kedua orang tua  Pras dan Sega.

            “Sudah, Pak…mereka bisa datang?’’ Aku memastikan apakah kedua orang tua anak yang duduk di depanku ini bisa datang atau tidak.

            “Bisa, Bu…mereka segera datang.’’ Pak Gihan memastikan jika para orang tua datang dan berdiskusi menyelesaikan masalah kedua anaknya.

            “Kenapa kalian jotosan?’’ Aku bertanya dengan sisa emosi yang sedikit tinggi.

“Pras maksa saya mengerjakan ulangan matematika, Bu…saya tidak mau dan dia ngancam saya.’’ Sega memberanikan diri menjawab pertanyaanku sedang Pras hanya diam dan menunduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun