“Mau jadi jagoan, kalian?’’ Aku terbawa emosi melihat mereka berdua, terutama Pras yang masih mengintimidasi Sega dengan kepalan tangannya hingga akupun menginjakkan kakiku ke kaki Pras.
      “Turunkan tanganmu , Pras!’’ Masih dengan nada tinggi, aku menegur Pras kembali. Sementara Sega hanya diam dan menjauhi Pras. Â
      “Kalian berdua, ikut ke ruangan saya…lainnya bubar!’’ Akupun menggiring keduanya menuju ruang Waka. “Pak Gihan, ikut juga ke ruangan saya, ya!
      “Ya, Bu Diyah.’’ Pak Gihan juga mengikuti langkah kakiku beranjak dari ruang kelas XII MIPA. Tak lama setelah itu, bel tanda istirahat  berdering menandai jam pelajaran kelima akan dimulai . Saat melewati  ruang guru, semua mata menatap kedua remaja tanggung  yang sudah  membuat ulah beberapa menit yang lalu, utamanya pada Pras yang memang terkenal akan kebandelannya.  Â
      “Duduk!’’ setibanya di ruanganku, aku memberikan perintah pada keduanya. Mereka pun menuruti perintahku tanpa sedikit protes.
      “Pak Gihan, tolong orang tua kedua anak ini dikabari! Bilang kalau keduanya jotosan saat jam istirahat.’’ Sebagai Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, aku punya wewenang untuk mendatangkan orang tua ataupun wali peserta didik saat situasi darurat.
      “Ya, Bu Diyah.’’ Pak Gihan, sebagai wali kelas XII-IPS segera men-dial kontak kedua orang tua  Pras dan Sega.
      “Sudah, Pak…mereka bisa datang?’’ Aku memastikan apakah kedua orang tua anak yang duduk di depanku ini bisa datang atau tidak.
      “Bisa, Bu…mereka segera datang.’’ Pak Gihan memastikan jika para orang tua datang dan berdiskusi menyelesaikan masalah kedua anaknya.
      “Kenapa kalian jotosan?’’ Aku bertanya dengan sisa emosi yang sedikit tinggi.
“Pras maksa saya mengerjakan ulangan matematika, Bu…saya tidak mau dan dia ngancam saya.’’ Sega memberanikan diri menjawab pertanyaanku sedang Pras hanya diam dan menunduk.