Aku belajar banyak hal dalam kurun waktu 19 tahun ini. Takdir berkarierku bukanlah di kota dengan mahasiswa yang sudah terpola hidupnya dengan kesadaran diri dan kedisiplinan. Takdir berkarirku ada di desa dengan mayoritas anak didik yang pola kesadaran diri dan kedisiplinan masih sangat rendah. Ditambah pula dengan orang tua mereka yang bisa dikatakan sebagai orang tua dengan low educated background. Â
Memang, dengan berkarier di desa , reward uang beserta jabatan yang aku dapatkan jauh dari apa yang pernah kudapatkan saat menjadi dosen dulu. Namun, semakin ke sini aku menyadari bahwa reward tidak selamanya dalam bentuk uang dan jabatan. Bagiku, dengan diindahkan dan diterapkannya semua nasihat kebaikan pada hidup keseharian anak didikku, aku sudah merasa bahagia , dan itu reward yang luar biasa.
Bel tanda pelajaran telah usai berdering. Cukup lama juga aku bermonolog dalam hati usai Pras pamit. “Waktunya pulang…Mbak Lisa, tolong besok berkas yang belum selesai ditindaklanjuti, ya.’’ Aku memberikan mandat pada mbak Lisa, staf kurikulumku.
“Iya, Bu..saya pamit dulu ya.’’
“Monggo, Mbak Lisa…hati-hati!’’
Aku segera berkemas dan pulang dengan hati yang bahagia.
     Â
     Â
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H