Angin yang dingin berbisik kepada pohon meneteskan embun yang menyejukan pagi itu. Aarav sedang sarapan ubi kayu dan teh panas bersama kedua orangtuanya dan satu adiknya.lalu ia berpamitan dan berangkat sekolah bersama sang adik dengan semangat membara didadanya mereka siap untuk mencari ilmu.Berjalan dengan riang sembari bernyanyi-nyanyi kecil
menyesuaikan langkahnya,
Kanan, kiri, okeey dokey
Kanan, kiri, okeey dokey
Tanpa sadar ia telah  sampai  di gerbang sekolah mereka terpisah kelas karena memang usia Aarav dan adik hanya selisih satu tahun saja.Hal tak menyenangkan terjadi tanpa sengaja Aarav  terkena lemparan  bola basket dari temannya. Aarav sedang membungkuk hendak memungut bola basket yang mengenai dirinya tadi,tiba-tiba terdengar olehnya teriakan cemooh dari belakang,
"Lihat celana Aarav bolong"
Seketika anak laki-laki lainnya menghampiri bahkan mereka berlarian,saling dorong dan menyikut saking rasa ingin tahunya untuk melihat celana Aarav. Bagai bebek yang diarahkan ke sungai para murid lainnya berhamburan sambil tak henti meneriaki dan menertawakan Aarav.
"Celananya bolong hahahahahha"
"Celana bolong!celananya bolong!"
"Wuuuuu celana Aarav bolong"
Cemoohan cemoohan itu terus terlontarkan oleh teman-temannya.Tak hanya siswa laki-laki siswa perempuan pun ikut menyimak semua yang terjadi, dengan rasa geli mereka tertawa.Cemoohan itu menyatu seperti pasukan  marchingband  yang sedang aksi di lapangan.
Wajah Aarav memerah layaknya kepiting rebus karena menahan rasa malu,ia tak membalas bahkan berucap sepatah kata pun ia hanya menelan ludah dan menutup mata berharap teman-temannya menyudahi cemoohan ini.
Begitulah sambutan Aarav dipagi hari,cemoohan terhenti ketika diserang suara lonceng tanda masuk kelas.Â
Rasa malu yang dirasakan tadi belum cukup sampai disitu,di dalam kelas gurunya berkata jika Aarav belum membayar uang tagihan sekolah selama 3 bulan dan meminta dengan suara keras agar tunggakan itu segera dilunasinya.
"Aarav  katakan pada ayahmu agar segera melunasi uang sekolah"
"Baik bu guru akan saya sampaikan"
 Aarav memanglah anak yang lahir dari keluarga miskin ayahnya hanya buruh petani ubi kayu,Namun Aarav merupakan anak yang cerdas di sekolahnya,  tetapi kecerdasan yang ia miliki saja tidak mempengaruhi pembayaran uang sekolah.Â
Ia juga seorang anak yang pendiam hingga tak heran banyak sekali teman yang sering menganggunya,mulai dari menempelkan kertas ke badannya, ketika berjalan di halangi oleh kaki temannya hingga Aarav tersandung,dan banyak lagi kejadiaan yang sering dialami oleh Aarav.
Di sekolah ia dijuluki sebagai ayam burik karena penampilannya yang kusam serta baju seragam yang sudah berubah menjadi kekuning-kuningan dengan tas yang sudah banyak jaitan sana sini.
Kelas hari ini berakhir sangat tidak menyenangkan ia selalu teringat cemoohan yang di lontarkan
"Emang nasib seorang anak miskin selalu dipermalukan!" Gerutu Aarav dalam hati
 Bel pulang sekolah berbunyi, ia memutuskan untuk pulang paling terakhir karena dia masih merasa malu untuk bertemu orang-orang pikirnya pasti mereka akan terus memperolok kejadian tadi pagi.
Ia berjalan dengan kepala menghadap ke bawah karena  masih merasa malu hingga saat sampai di luar gerbang ia masih terkena olokan oleh dua orang temannya yang memang sedang menunggu Aarav sedari tadi.
"Haii Aarav si celana boolong" Ucap kedua orang temannya sambil tertawa dan bertepuk tangan.
Ia hiraukan itu sambil terus berjalan meninggalkan olokan yang dilemparkan padanya,tanpa sadar air mata Aarav berjatuhan.
Alangkah terkejutnya! Seorang kakek yang entah darimana datangnya menghentikan air mata yang terus berjatuhan itu,
"Hai anak muda sungguh kau adalah anak yang baik,kau anak jantan jangan sampai air mata mu terbuang sia-sia"
"Mmmm-maaf tapi kakek siapa?"
"Aku tau keadaan yang kau rasakan, aku berpesan kepadamu teruslah berjuang angkatlah derajat kedua orangtua mu,jangan kau dengarkan olokan temanmu jadikanlah pemicu semangat,bahwa kau bisa menjadi orang yang sukses percayalah nak,"
"..."Aarav tak dapat bicara apapun ia mencerna omongan kakek itu
"Baiklah ingat pesan kakek baik-baik,maka kau akan berhasil" ucap kakek
"Baik kek,ttttt-terimaa..." Â Jawab aarav tertegun heran karena sang kakek telah menghilang dari hadapannya.
Sambil melanjutkan perjalanan pulang ia memikirkan perkataan kakek tadi,ia berpikir bagaimana cara untuk mewujudkan itu. Dalam lamunannya sang air langit turun bergerombol bersama teman-temannya menghentikan pikiran Aaraf ,Ia lari terpingkal-pingkal mencari tempat untuk berteduh.
Terasa hujan mulai reda ia memutuskan melanjutkan perjalanan pulang sambil berlari-lari kecil karena melihat jalanan yang licin tersiram air hujan.
Sampailah ia di rumah begitu menggigil disusul kedatangan sang adik,mereka disambut oleh sang ibu dengan membawakan sehelai handuk yang kasar yang terbuat dari kain tepung terigu, dikeringkannya badan mereka sebelum masuk ke dalam rumah. Beranjaklah mereka pergi ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap makan siang.Â
Telah dihidangkan makan siang berupa nasi jagung tanpa lauk, tak menjadi masalah bagi Aarav dan sang adik mereka sangat lahap memakan nasi jagung itu, karena menurut mereka apapun yang ibunya masak pasti ia makan karena masakan ibu memberikan tenaga dan kecerdasan bagi Aarav maupun adiknya,memang mereka adalah anak yang selalu bersyukur tak pernah mengeluh apalagi mempermasalahkan tentang makanan.
                        ...
Akhir dari Sekolah Menengah Pertama pun selesai tahun-tahun dimana ia merasakan kepedihan sekolah tanpa ada teman dekat satupun,hari ini adalah hari dimana kelulusan dilaksanakan. Dilihatnya ke kanan dan ke kiri semua teman-temannya mengenakan jas yang wangi dan bersih terlihat seperti baru.
 Ia menundukan kepala melihat penampilannya yang hanya memakai kemeja batik bekas ayahnya dulu. Syakir teman sekelasnya yang selalu tampil bersih dan rapi dipanggil ke atas panggung untuk menyampaikan secuil pidato. Ia berpikir pasti anak seorang petani yang miskin dan selalu tampil kusam takan bisa berpidato di hadapan banyak orang atau pun diberi penghargaan.
 Dalam lamunannya ia dikejutkan kembali dengan panggilan dari suara mikrofon yang memanggil namanya karena ternyata ia adalah salah seorang siswa yang tercerdas dia mendapatkan juara umum ke-1 sehingga nama ia dipanggil ke panggung untuk memberikan sambutan dan secuil pidato.
Tepukan kebahagiaan tertuju pada Aarav pujian serta ucapan selamat dari para guru serta teman-temannya membuat kebahagiaan tidak kepalang.
"Selamat Aarav kau menjadi juara umum di angkatan ini"
"Selamat Aarav sukses selalu ya"
"Hebat juga si ayam burik ini,selamat ya"
"Selamat ya ayam burik"
"Kamu memang anak cerdas Aarav ibu yakin kamu pasti akan berhasil di masa depan nanti" ucapan Visa seorang guru yang menyayangi Aarav
Begitulah kira-kira ucapan yang terlontar dari para guru dan temannya, ia sangat senang hari itu sampai ada salah satu dari temannya mengucapkan,
"Selamat dan sukses selalu ya Aarav si celana bolong hahahhaaha"
Plakk tertampar hatinya teringat akan kejadian masa lalu saat ia di cemooh oleh anak anak satu sekolah.
                          ...
Setelah kelulusan itu dia mendapatkan beasiswa untuk sekolah di SMK terbaik di kotanya,Ia masuk di jurusan otomotif. Antonim kehidupan terjadi disini,banyak sekali orang yang ingin berteman dengan Aarav karena ia terkenal dengan anak yang rajin juga cerdas.
Tidak terdengar lagi cemoohan yang tertuju padanya. Ia teringat pada perkataan seorang kakek waktu itu, ia berjanji akan mengangkat derajat kedua orangtuanya dan iya yakin ia pasti sukses,diikutinya semua mata pelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh.
3 tahun di SMK di jalani Aarav dengan baik,ia mendapatkan banyak sertifikat karena ia rajin mengikuti lomba-lomba tentang teknik.Dia mampu dan paham sekali tentang otomotif dan kompeter ia mampu mendesain 3 dimensi dan merancang pembiayayaan pembuatan  mesin. Semua yang ia bisa dipelajari secara otodidak.
Masa SMK sudah dilalui dengan banyak kenangan manis bersama teman-temannya,hingga tibalah hari kelulusan yang ia nanti-nanti. Ia bercita-cita ingin melanjutkan ke intitut negeri yang ada di kotanya itu,takdir berkata lain ia tidak di terima di institut yang dicita-citakan nya.
Aarav tidak berputus asa sampai disitu,ia teringat bahwa ia harus sukses agar bisa mangangkat derajat kedua orangtuanya. Dengan kemampuan yang ia miliki Aarav bercita-cita untuk membuka jasa desain dan rancangan mesin,dengan bermodal uang yang ia tabung selama masa SMP ia membeli sebuah komputer.
 Dengan komputer itu ia mulai membuka usahanya, berbulan-bulan ia menunggu datangnya pesanan namun tak kunjung datang juga. Hingga suatu hari datang sebuah pesanan dari negeri kincir yang meminta Aarav untuk membuat rancangan pembuatan mesin.
Dikirimnya rancangan itu melalui email,sungguh membuahkan hasil yang dapat membuat siapa saja merasa tersambar petir siang bolong, rancangan itu membuahkan hasil yang sangat menakjubkan orang dari negeri kincir itu sangat mengapresiasi karyanya itu karna rancangan dan hitungan yang ia lakukan sungguh luar biasa.
Lama-lama berita tentang Aarav itu menyebar ke berbagai pelosok negeri pesanan demi pesanan ia terima, sampai-sampai ia kewalahan.
Dengan rendah hatinya Aarav membagikan ilmunya dan mengajari tetangganya yang ia rasa berpotensi dalam ilmu komputer.
Lambat laun kehidupan Aarav meningkat ia sudah mampu membeli kendaraan untuk mempermudah ia dalam bekerja. Ia pun sudah mampu merenovasi rumah orangtuanya itu derajat orangtuanya terangkat mereka sudah tidak dipandang lagi sebagai orang miskin tetapi orang yang berada.
Aarav si ayam burik dengan celana bolong yang mampu membuat cemoohan teman-temannya itu menjadi pemicu kesuksesan nya sekarang.
"Aku amat sangat bersyukur dengan cemoohan temannya itu yang bisa memicu semangat ku,sedikit sakit hati yang di rasakanku terbayar oleh kesuksesan saat ini."
Aarav si celana bolong.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI