Perutku, aku merasakan tangan kecil Riri memeluk dengan erat perutku, lebih erat dari pelukan terakhir kami.
Dan sampailah pada kepalaku, sialnya pandanganku masih gelap. Terlintas di kepalaku bagaimana Riri berlari menghampiriku sambil menangis. Kali ini, semuanya terasa sangat jelas.
Sampai pada saat akhir, aku tersadar semua itu hanya ilusi. Sekilas aku melihat tangan dan perutku yang hancur terlindas roda kendaraan besar tadi. Aku merasakan tekanan yang sangat kuat di kepalaku. Aku hanya berharap bisa bertemu dengan Riri kembali.
Pada akhirnya aku hanya bisa memikirkan satu hal.
"Andaikan..."
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H