Mohon tunggu...
Dio Rizky
Dio Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Kereta" Sebuah Cerita Pendek

28 Juni 2023   21:23 Diperbarui: 28 Juni 2023   21:24 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana yang terjadi pada sore itu sangat berbeda dengan biasanya, dadaku yang sebelumnya sesak, sekarang menjadi lega seperti ditiup angin. Kakiku yang berat untuk bergerak, menjadi sangat ringan yang sampai tidak dapat menopang tubuhku. Pandanganku seketika menjadi putih sebelum menjadi gelap gulita. Namun itu hanya berlangsung beberapa saat.

"Oke, Ri, Aku pulang dulu." jawabku.

Bergegas aku menuju parkiran untuk mengambil motorku, dan menuju rumah, sebelum HPku mati di perjalanan. Sambil sesekali aku melihat HP untuk memastikan masih tersambung dengan Riri, aku kembali merasakan rasa sesak di dadaku ketika melihat foto profil yang digunakan Riri. Foto yang secara tidak sengaja diambil oleh teman kami, ketika kami melakukan kerja kelompok. Dan foto itu juga menceritakan bagaimana kisahku dan Riri dimulai. Riri dengan baju pramukanya yan terlihat menawan, dan aku yang menggunakan seragam OSIS putih biru, bodohnya aku menggunakannya di hari jumat.

Sesampainya di halaman rumah, seperti dugaanku. HPku sudah tidak menyala. Aku langsung berlari menuju kamarku yang berada di lantai dua, untuk menghidupkan komputer, dan menghubungi Riri melalui WhatsApp Web. Aku mengirimkan ucapan maafku. Tidak ada balasan, hanya centang satu warna abu-abu yang kulihat. Sial.

Aku berbaring di kasurku yang berada tepat di depan meja komputer. Menatap langit-langit, sambil mengingat kembali bagaimana kisah kami masih berjalan sampai saat ini. Secara tidak sadar air mataku berlinang jatuh melewati pipiku, yang kemudian membasahi bantal doraemon pemberian Riri.

Biiipp... Biiipp...

Tanpa sadar ternyata aku tertidur sampai pagi, masih dengan posisi yan sama, dan komputerku yang masih menyala. Centang abu-abu tersebut sudah berubah menjadi warna biru, tapi belum ada balasan dari Riri.

Sekarang, Riri seharusnya sudah sampai. Aku berusaha menanyakan kabarnya, teleponku tidak diangkat olehnya. Aku berpikir, mungkin Riri sedang beres-beres atau istirahat. Tidak pernah sekalipun terpikirkan bahwa Riri marah padaku.

Perasaanku tidak enak.

Tiga hari kemudian, Riri belum juga membalas pesanku. Aku mencoba membuka Instagram untuk menghubunginya, namun aku dikejutkan dengan Insta story yang diunggah oleh Riri. Riri baik-baik saja, dia sedang bermain dengan temannya. Aku like, dan aku balas story tersebut.

"Udah sampe?" tanyaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun