Aku terkejut.
“Kau mau tahu rasanya itu seperti apa?”
“Seperti apa?” tanyaku penasaran.
“Seperti berada di tumpukan jarum. Perih.”
“Kau sedang jatuh cinta lagi? Pengganti Dio? Siapa pria yang kau cintai itu? Nyatakan saja padanya. Aku tak ingin kau merasakan perih seperti yang kualami, Nay.” usulku.
Plak! Bodoh. Aku sadar usulku ini seperti memasukkan tubuhku sendiri ke dalam air panas yang sedang mendidih di atas kompor.
Nayla angkat bahu. Beberapa menit kemudian, pelayan mengantarkan makanan dan minuman pesanan kami. Sementara aku masih berada di ambang tanyaku sendiri.
Rey, sesungguhnya aku memutuskan Dio karena aku masih mencintaimu. Namun, aku tak tahu apakah kau mencintai wanita yang usianya jauh lebih tua darimu atau tidak. Aku hanya bisa menunggu. Jika kau mencintaiku, pasti kau akan menyatakannya, bukankah begitu? Harap Nayla.
-selesai-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H