Mohon tunggu...
Dinda Aulia Marlianty
Dinda Aulia Marlianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

halo! saya seorang mahasiswa yang memulai menulis di Kompasiana. saya sangat suka fotografi fan videografi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Membentuk Karakter Peserta Didik melalui Pembelajaran IPS Terpadu

23 Desember 2024   09:42 Diperbarui: 23 Desember 2024   09:41 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Penguatan karakter peserta didik merupakan bagain dari sistem pendidikan nasional di Indonesia. Penguatan pendidikan karakter menjadi salah satu tujuan utama dari pendidikan di Indonesia untuk menciptakan peserta didik yang memiliki karakter unggul dan berkualitas. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau kerap kita kenal dengan pembelajaran IPS memiliki peranan yang dapat dikatakan penting untuk membentuk karakter peserta didik, dengan Pembelajaran IPS terpadu memungkinkan intergrasi berbagai disiplin ilmu yang memberikan pemahaman holistik  tentang  berbagai  aspek  kehidupan  sosial,  politik,  ekonomi,  dan budaya dan hal tersebut tidak hanya meningkatkan pemahamana akademik peserta didik saja tapi juga akan membangun sikap dan nilai-nilai positif peserta didik. artikel ini akan membahas bagaiman pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam membangun karakter para peserta didik.

Sebelum pada pembahasannya mari kita telurusi dulu apa itu karakter? Dan Bagaiman Pendidikan Karakter itu.

Apa itu Pendidikan Karakter?

Asal usul istilah “karakter” berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Charassian” yang berarti “To Mark” atau menandai. Istilah ini menekankan pada penerepan nilai-nilai baik dalam tindakan atau perilaku sehingga individu yang menunjukan perilaku tidak jujur, kejam, rakus, atau perilaku negative lainnya yang dianggap memiliki karakter buruk. Namun sebaliknya, individu yang bertindak sesuai dengan standar moral dianggap memiliki karakter yang mulia. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, Karakter ini mengacu pada sifat-sifat bawaan, hato, jiwa, kepribadian, bud pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramem dan watak. Dan dapat disimpulkan bahwa berkarakter memiliki arti sebagai kepribadian, perilaku, sifat dan watak yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Lalu apa itu Pendidikan Karakter?

Pengertian Pendidikan Karakter

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peseta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, Masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan yang baik tentunya tidak terlepas dari adanya seorang tenaga pendidik atau guru, oleh karena itu diperlukan profesionalisme dalam mengajar. Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidika usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik secara individua tau kelompok sehingga dapat mengubah suatu Masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi berorientasi pada pembiasaan potensi yang ada dalam diri peserta didik yang dikembangkan melalui pembiasaaan sifa-sifat baik yaitu berupa penajaran nilai-nilai karakter lainnya.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem yang menetapkan dan mengajarkan nilai-niali moral yang mencakup aspek pengetahuan, kesadaran, kemauan dan Tindakan untuk untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam hubungan individu dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame, lingkungan dan kebangsaan. Pembangunan karakter bangsa dapat dicapai melalui pembentukan karakter individu. Karena individu hidup dalam suatu konteks sosial dan budaya tertentu, proses pembentukan karakter hanya dapat berlangsung dalam lingkungan sosial dan budaya individu itu sendiri. Lingkungan sosial, budaya Masyarakat dan budaya tercermin dalam nilai-nilai Pancasila, dengan begitu pendidikan budaya dan karakter bertujuan untuk menanamkan niali-nilai Pancasila pada setiap individu melalui pendidikan yang melibatkan aspek-aspek moral peserta didik.

Menurut Samani dan  Hariyanto,  dalam  buku  Konsep dan Model Pendidikan Karakter.,  menyatakan  bahwa pendidikan karakter adalah upaya memberikan arahan kepada peserta didik agar mereka dapat menjadi individu yang memiliki karakter utuh dalam segi emosional, intelektual, fisik serta spiritual dan mental.

Karakter sering di identivikasikan sebagai akhlak yang merupakan cara berpikir dan bertindak yang menjadi ciri khas individu terkait dengan penilaian benar-salah dan baik-buruk, sehingga karakter yang muncul menghasilkan kebiasaan yang tercermin dalam sikap dan perilaku yang berkelenjutan dalam melakukan hal-hal baik. Karakter terhubung dengan nilai-nilai positif, sehingga pendidikan karakter berkaitan dengan pendidikan nilai.

Tujuan pendidikan  Karakter

Pendidikan karakter menjadi hal yang penting untuk segera dikembangkan baik dalam pendidikan formal maupun dalam pendidikan non formal. Pendidikan karakter memiliki tujuan yang baik dalam membekali peserta didik agar senantiasa siap dalam merespon segala dinamika kehidupan dengan penuh tanggung jawab.

Dalam Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam mencapai tujuan pendidikan karakter, terliha dalam pengetahuan sikap dan perilaku anak yang didasarkan pada nilai-nilai baik yang bersumber dari hati Nurani dan bersifat universal. Nilai, moral dan budi pekerti saling berkaitan erat. Pendidikan nilai mencakup  aspek budi pekerti, norma dan moral. Dimana nilai yang berasal dari norma dikenal sebagai nilai moral, budi pekerti adalah perliaku yang berasal dari nilai dan merupakan hasil dari budi Nurani. Budi Nurani bersumber pada moral. Pendidikan budi pekerti ini memiliki kesamaan dengan pendidikan moral atau akhlak, yang bertujuan membentuk individu menjadi warga negara yang baik. Pendidikan budi pekerti dalam pendidikan Indonesia dikenal sebagai pendidikan nilai, yaitu pendidikan tentang nilai-nilai yang berakar dari budaya bangsa. Pendidikan budi pekerti ini merupakan proses pembelajaran etika hidup berdasarkan akal sehat dan hati Nurani yang bertujuan mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku mulia baik dalm lingkungan keluarga, sekolah, dan Masyarakat agar peserta didik dapat tumbuh menjadi individu yang berakhlak naik dan juga menjadi warga negara yang baik.  

Apa itu IPS terpadu dan seberapa penting IPS Terpadu?

Sebenarnya peserta didik dapat mengenal IPS Terpadu melaluo berbagai sumber referersni yang tersedi baik yang ada didalam lingkungan sekolah maupun yang diluar lingkungan sekolah atau dapat disebut sebagai lingkungan Masyarakat. IPS terpadu di dalam kelas dilakukan oleh seorang guru atau tenaga pendidik, dimana guru dalam hal ini memainkan peran yang penting dalam memperkenalkan dan mengimplementasikan konsep dan topik yang relevan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS.

Apa saja Model yang dapat diterapkan dalam Pembelajaran IPS Terpadu?

1. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Menurut teori belajar sosial Albert Bandura dalam Woollfolk (1995:221) bahwa seseorang dapat mudah belajar melalui pengamatan dan meniru perilaku orang lain atau modeling.

Berdasarkan teori tersebut agar keterampilan pengambilan Keputusan dapat dimiliki oleh peserta didik maka perlu ada contoh nyata melalui pemodelan.

ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah adanya pemodelan atau pendemonstrasian tentang materi yang bersifat prosedural yang dilakukan oleh guru dan ditunjukkan kepada peserta didik. Pendemonstrasian ini dapat berupa pendemonstrasian langkah-langkah belajar yang bersifat prosedural untuk memecahkan suatu masalah, sehingga pendemonstrasian dapat mempengaruhi minat belajar peserta didik, meningkatkan rasa ingin tahu penserta didik, dan memancing peserta didik untuk belajar berpikir, belajar menyelesaikan masalah dengan mengambil keputusan yang benar serta terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengembangkan kerjasama dalam proses belajar untuk meningkatkan prestasi peserta didik, peningkatan hubungan antar kelompok, penerimaan dari teman sekelas yang mempunyai prestasi rendah, dan meningkatkan kepercayaan diri. Inti dari pembelajaran kooperatif adalah semua peserta didik saling mendukung untuk berhasil.

Dalam Model ini terbagi menjadi 2 tipe atau model, yaitu:

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, pembentukan tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. Komponen STAD terdiri presentasi kelas, belajar dalam tim, tes individu, skor pengembangan individu dan penghargaan tim. Guru harus mempersiapkan materi yang akan dipelajari, membagi peserta didik dalam tim, menentukan jumlah tim, membagi peserta didik dalam tim dan mengisi nama-nama peserta didik dalam lembar rangkuman tim, menentukan skor awal pada kuis sebelumnya atau nilai peserta didik tahun lalu, dan membangun tim agar kelompok kompak dan dapat bekerjasama dengan baik.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural yang dirancang untuk mengetahui pola interaksi peserta didik. Think Pair Share adalah seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya. Selanjutnya, “Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan untuk berdiskusi

Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya. Guru membuat dan mengajukan sebuah pertanyaan, memberi waktu selama beberapa menit untuk memikirkan tanggapan yang akan diberikan, kemudian meminta peserta didik membentuk pasangan dengan teman mereka.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem based learning), Boud dan Felleti dalam Mohammad Jauhar (2000:7) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik serta menjadi pembelajar mandiri. Model pembelajaran ini membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah atau problem sloving dan keterampilan intelektualnya, belajar berbagai peran orang dewasa melibatkan pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.

4. Strategi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran IPS

Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi (content) yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik  membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara peserta didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota Masyarakat.

Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS, merupakan dua sisi yang saling mendukung. Pendidikan IPS mengamanatkan agar pembelajarannya menggunakan masyarakat sebagai tempat, media atau laboratriumnya. Dengan menggunakan masyarakat sebagai laboratriumnya, maka pendidikan IPS akan mampu menghadirkan materi pembelajaran dengan keadaaan yang sesungguhnya pada lingkungan atau masyarakat. IPS mengkaji seperangkat konsep, fakta, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang dimulai dari lingkungan terdekat hingga lingkungan terjauh. Pada pembelajaran IPS, peserta didik akan lebih mudah memahami apabila guru mampu mengaitkan materi dengan situasi yang terdapat disekitar peserta didik, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.

Setelah melaksanakan pembelajaran IPS terpadu, lalu nilai-nilai karakter apa yang peserta didik dapatkan?

Setelah mempelajarai Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), peserta didik diharapkan dapat mengembangkan karakternya yang mencakup berbagai aspek penting dalam kehiduoan. Pelajaran IPS tidak hanya memperluas dan memperdalam pemahaman peserta didik tentang sejrah, budaya, politik dan Masyarakat, tetapi juga membentuk sikap dan nilia-nilai yang positif.

Nilai-nilai tersebut dapat meliputi

Nilai Religius

Nilai religius terlihat pada pokok bahasan materi lingkungan hidup dan perekonomian, yang menekankan pada sikap religious bahwa agama telah memerintahkan untuk mencari rizki yang halal sehingga meskipun dalam teori ekonomi diharapkan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya harus diperoleh dengan cara yang halal atau baik.

Nilai Disiplin

Nilai disiplin juga terkandung dalam pembelajarn IPS Terpadu melalui istilah “time is money” yang berarti waktu adalah uang, ini mengajarkan kepada peserta didik untuk tetap disiplin dan berharganya waktu. Jika dihubungkan dengan sosiologi maka kedisiplinan akan memberikan dampak baik bagi pelakunya.

Nilai Jujur

Nilai jujur yang termuat dalam pembelajaran IPS terpadu adalah pada pembahasan utamanya, karena IPS terpadu merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu maka peserta didik diajarkan untuk jujur dalam proses ujian.

Nilai Tanggung Jawab

Pada pembelajaran IPS Terpadu, peserta didik diminta untuk berdiskusi kelompok dengan pokok pembahasan masing-masing, oleh karenanya masing-masing kelompok memiliki tanggung jawab untuk memberikan penjelasan atau presentasi kepada teman lainnya mengenai materi yang dibahasnya.

Nilai Komunkatif

Nilai komunikatif terlihat pada saat diskusi berlangsung, masing-masing peserta didik mengajukan pertanyaan dan sanggahan jika pembahasan dirasa tidak jelas atau tidak dapat dimengerti, hal ini telah mengajarkan nilai komunikatif dengan tidak melupakan nilai nilai kesopanan dalam berinteraksi.

Dengan mempelajari IPS tidak hanya meentuk sikap  dan nilai-nilai postif, tetapi juga dapat memningkatkan kesadaran sosial peserta didik, memperkuat rasa empati mereka dan membentuk pemahaman yang medalam tentang dinamika pemerintahan dan politik Negara, karena dengan pemahaman itu dapat meningkatkan berpikir kritis mereka. Selain itu pemhaman tentang isu-isu sosial dan ekonomi mendorong pengembangan keterampilan pemecahan masalag yang kuat serta jawab sosial yang tinggi.

Dengan itu pendidikan IPS Terpadu memiliki peranan penting dalam membentuk karakter siswa dan mempersiapkan mereka dalam menghadapi masalah di Masyarakat dan juga memjadikan peserta didik sebagai generasi berkualitas serta menjadi warga negara yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun