Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karpet Rayo untuak Amak

20 Juli 2021   04:13 Diperbarui: 20 Juli 2021   04:54 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tangan bapak yang sedang menyuap nasipun terhenti, dan menoleh kebelakang


"jo sia kamari" (sama siapa kesini)


"surang Pak"(sendiri pak)


Bapak kembali melanjutkan makannya, tanpa menawari Saidah yang berdiri disampingnya


"denai ndak bapiti doh" (saya tidak ada duit) seru Apak


Sebuah peryataan yang seperti mengiris perasaan Saidah.


"ambo kamari, ndak kamintak piti gai doh pak, Amak denai lai kuek cari piti"


(tujuan saya kemari, bukan minta uang pak,

 amak saya masih kuat cari uang kok"


"tuh, manga" (terus ngapain)


"Apak, denai marantau ka Jakarta lai Pak?" (Bapak, saya ingin merantau ke Jakarta)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun