Mohon tunggu...
Andhika Pradityo
Andhika Pradityo Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa yg suka nulis dan otomotif. penggila muscle car dan mobil2 Amerika lainnya..seorang freelance writer...lg selesein tesis, sama lagi bikin novel horror :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Great Traffic Jam

9 November 2014   20:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:14 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang yang berada di sekitar lapangan berlarian menuju jalan tol menghindari helikopter naas tersebut.

“Ayo, kita lari. Balik ke mobil!” perintahku dengan suara keras kepada Dani dan Ibu.

Aku berlari lebih dulu. Sementara Dani dan Ibu menyusul di belakang sambil bergandengan. Pada saat berlari aku mendengar suara aneh, seperti suara jalan yang retak akibat gempa besar. Tapi ini bukan gempa, kataku dalam hati.

Aku sempat melihat ke belakang dan melihatmobil-mobil yang membeku secara cepat. Tak hanya itu saja aku juga menyaksikan beberapa orang yang terjatuh dan langsung membeku tanpa sempat berdiri kembalidan tanpa adanya suara jeritan minta tolong yang keluar dari mulut mereka.Mengerikan. Aku menambah kecepatan lari sambil terus berkonsentrasi agar tidak terpeleset.

“Lebih cepet larinya!” seruku kepada Dani dan Ibu. Mereka berdua terus berlari dengan raut muka penuh ketakutan.

Ram 1500 milik Ayah sudah terlihat. Aku tak tahu apakah bersembunyi di dalam mobil adalah langkah yang tepat untuk menghindari udara beku tersebut. Tapi aku tak mungkin berlari lebih jauh lagi. Apalagi Dani tak kuat berlari dengan jarak yang sangat jauh.

Aku segera mengunci pintu begitu kami bertiga sudahdi dalam mobil. Mesin mobil dan pemanas tak bisa dinyalakan karena suhu udarayang terlampau dingin. Tak ada lagi yang bisa dilakukan. Udara luar yang sangatdingin mulai masuk ke mobil melalui sela-sela pintu. Kami bertiga berpelukan dengan erat sambil memejamkan mata. Dani mulai menangis dengan terisak. Suara-suara retakan yang membekukan terdengar semakin dekat dan keras.

Aku tak berani membuka mata ketika suara retakantersebut sudah mencapai mobilku. Terdengar sangat mengerikan bagiku. Belum lagi suara angin badai yang menyeramkan membuatku semakin takut. Dan akhirnya aku tak sadarkan diri.

Kesadaranku pulih begitu saja. Aku tak tahu apakahaku pingsan atau hanya tertidur karena kelelahan. Di sampingku Dani dan Ibu terpejam. Semoga saja mereka masih hidup, kataku dalam hati. Aku goyang-goyangkan tubuh mereka. Dan syukurlah mereka sadar.

Sepertinya badai salju sudah selesai, pikirku. Akumembuka pintu mobil dengan susah payah karena terhalang oleh tumpukan salju. Disamping mobilku tergeletak seseorang yang meninggal karena udara beku semalam.

Ternyata masih ada beberapa orang yang selamat.Mereka semua juga bersembunyi di dalam mobil menghindari udara beku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun