Pintu mobil terbuka. Pria yang tadi mengetuk kaca mobil mundur selangkah agar ia tak terkena pintu mobil. Tiba-tiba saja kepala pria tersebut ditodong sebuah pistol oleh pengemudi mobil tersebut. Aku dan semua orang di sekitar terlihat kaget melihat kejadian tersebut. Tak diketahui apa alasan pengemudi mobil tersebut melakukan hal yang mengerikan itu. Mungkin karena dia sudah tak tahan lagi dengan kemacetan super parah ini, pikirku.
Suasana mendadak sunyi dan mengerikan. Yang terdengar hanyalah suara tiupan angin dan mobil-mobil yang melaju dari arah berlawanan. Tak ada yang bersuara. Tak ada yang bergerak. Semuanya diammematung. Termasuk aku. Perasaan takut langsung menjalar ke seluruh tubuhku. Aku juga bisa merasakan bulu kudukku yang berdiri.
Akhirnya pengemudi mobil tersebut menampakkandirinya. Ternyata pengemudinya adalah seorang pria muda yang kira-kira berumur30 tahun. Sambil menutup pintu mobil, ia terus menodongkan pistolnya ke pria tadi dengan raut muka penuh amarah. Wajah pria yang mengenakan jaket biru tersebut tampak sangat ketakutan.
Tiba-tiba saja suara tembakan keluar dari pistolyang dipegang sang pengemudi Honda tersebut. Ia menembak kening pria dari jarak dekat tersebut hingga tak sadarkan diri. Setelah itu ia mengarahkan pistol ke orang-orang sekitar. Melihat hal tersebut aku dan yang lainnya berlari sekencang-kencangnya.
Saat berlari aku mendengar suara pistol yang ditembakkan berkali-kali. Aku juga dapat mendengar suara dari beberapa orang yang merintih akibat terkena tembakan. Aku tak mungkin menolong mereka. Hal yang harus aku lakukan sekarang adalah lari dengan cepat menuju mobil.
Tubuhku tiba-tiba didorong oleh seseorang dengan kuat sampai terjatuh. Butiran-butiran salju yang dingin langsung mengenai pipiku. Seseorang langsung menindih tubuhku sehingga aku tak bisa bangkit. Dan ternyata orang tersebut adalah pria penembak tersebut. Tubuhku langsung terasa lemas. Dengan mata melotot dan emosi yang bergejolak, ia menodongkan pistol kearah kepalaku. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Ia mulai menarik pelatuk pistol dan siap menembakku.
Tapi itu tak pernah terjadi. Karena ada seorang pria paruh baya berpakaian layaknya cowboy yang menembak pria gila tersebut sebanyak dua kali hingga tewas. Pria cowboy tersebut membantuku untuk berdiri,lalu menanyakan apakah aku baik-baik saja, dan setelah itu menyuruhku untuk segera kembali ke mobil.
“Ada apa?” tanya Ibu dengan nada khawatir. “Tadi Ibu denger ada suara tembakan berkali-kali. Ada apa sebenernya?” tanya Ibulagi.
Aku menceritakan kepada Ibu yang terjadi. Tapi yangmasih menjadi misteri adalah penyebab pria gila tersebut menembakkan pistolnya berkali-kali ke orang lain dan bahkan hampir menembakku juga. Menurutku selainia frustasi karena kemacetan yang gila ini, mungkin ia menderita gangguan jiwa akut.
Satu jam kemudian polisi dan ambulans datang. Para korban peristiwa penembakan yang terluka dan tewas dievakuasi. Begitu jugadengan si pelaku yang sudah tak bernyawa. Aku menyaksikan proses evakuasi tersebut di tengah-tengah hujan salju yang lebat.
Setelah peristiwa yang mengerikan itu, sepuluh polisi ditugaskan untuk berjaga agar situasi kembali aman.