Maolana Ngasil Samsoedin atau Syekh Syamsudin Al-Wasil. Seorang waliyullah, ahli astronomi dan ahli ilmu falak atau ‘nujum’ dari Negeri Rum. Yang namanya terpahat didalam inkripsi situs ‘Makam Istana Gedong’ Kediri, adalah penasehat Prabu Jayabaya dalam menulis kitabnya itu. Prabu Jayabaya juda cicit jauh Prabu Ajisaka. Bangsa Indonesia ternyata memiliki leluhur yang  bijaksana dan berbudaya. Seorang filsuf sekaligus negarawan bernama Prabu Ajisaka. Kemasyhuran masa silam adalah bekal masa kini dan masa depan. Hingga bangsa ini berani bangkit, menggali segenap spirit dan warisan silam itu.
Nusantara silam pun memiliki arsitek irigasi publik yang melegenda. Inisiator pembangunan kali. Irigasi publik dan kanal banjir. Untuk irigasi pertanian dan pencegahan banjir. Seorang kreatif leluhur tanah loh jinawi itu berasal Kerajaaan Tarumanagara—Maha raja purnawarman. Maharaja dari persemakmuran Kerajaan Tarumanagara.
Di abad ke-4 Masehi. Membawa  Kerajaan Tarumanagara mencapai kemakmurannya, sesui Naskah Wangsakerta, Prasasti Cidangiang , Situs Batujaya, Situs Cibuaya. Serta keberadaan sungai besar citarum adalah karyanya.
Selain sebagai kanal banjir, sungai di Tarumanagara juga berguna untuk irigasi pertanian, sungai bangunannya pula menjadi jalur alternatif transportasi air. Lalu lintas perdagangan penduduk, antar kerajaan bagian. Jauh sebelum Belanda mengenal revolusi industri dan  bisa membangun bendungan. Purnawarwan adalah inspirasi—pemimpin di Jakarta. Banjir bukanlah masalah yang tidak bisa diselesaikan jika kita dapat memahami nilai ‘sebab-akibat’ di dalam kehidupan.
Tuntutlah ilmu walau ke negeri Syailendra. Nusantara pula punya  leluhur Dapunta Hyang Syailendravamsa. Negarawan merintis wangsa syailendra sejak awal abad  masehi. Sebelum menjadi sebuah wangsa besar, Wangsa Syailendra adalah masyarakat perdikan kecil. Sebuah kedatuan yang berada di Pegunungan Dieng. Lalu lahirlah karya Wangsa Syailendra.Â
Candi Borobudur, perhormatan untuk rakyatnya yang menganut agama Buddha. Sedangkan pembangunan Candi Prambanan yang menjulang tinggi itu dibangun untuk  rakyat beragama Hindu.Â
Siapa ilmuwan yang merumuskan konstruksi bangunan agung yang rumit itu. Dari siapa di masa itu, leluhur Nusantara belajar tentang ilmu konstruksi dan tata matematika bangunan itu. Apakah mungkin belajar ilmu konstruksi ke eropa, ataupun mendatangkan arsitek dari sana. Padahal disana pada masa itu, masih terjebak di zaman kegelapan.Â
Dari gagasan Dapunta Syailendra itukah semua bermula. Hingga kini pun, tak ada ilmuwan modern yang mampu menyibak misteri di balik pembangunan Borobudur dan Prambanan tersebut?
Jika teori hukum Indonesia era ini, banyak mengambil dari Thomas Aquinas, John Locke, Montesquieu dan Hans Kelsen. Begitupun saat mencari akar dasar ilmu konstitusi. Mengacu pada Magna Charta dari Inggris, Declaration Of Independent milik USA atau Piagam Madinah. Sebenarnya leluhur Jawa pun punya Maharani Shima. Di abad ke-5 M.Â
Dia telah membuat kitab undang-undang bernama Kitab Kalingga Dharma Sastra. Bisa jadi. Kitab hukum dan konstitusi itu adalah yang tertua dibuat oleh manusia. Untuk menyembuhkan dari penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme.
Leluhur pembawa kejayaan pendidikan dan maritim bernama Sri Maharaja Balaputradewa dari Kerajaan Sriwijaya. Di abad ke-9 Masehi pun tak kalah. Jika dibandingkan dengan pendiri Harvard atau Oxford University.Â