“Nggak Mah … mmm …. maaf Mah, ada yang ketinggalan di sekolah. Pamit dulu Maaah…” mendadak pemuda yang masih memakai seragam putih abu-abu itu kembali naik motor, meninggalkan halaman rumahnya.
Bu Nisa menghela nafas, kemudian menggeleng. Sementara itu Ajeng mengatubkan bibirnya.
“Anak itu suka seenak sendiri. Susah diatur. Tapi mudah-mudahan selalu dalam kebaikan.” gumam Bu Nisa pelan, namun terdengar jelas oleh Ajeng.
“Aamiin Bu.” timpal Ajeng.
“Ajeng kenal Galih kan?”
“Hehehe…. kenal-kenal enggak. Tahu mah tahu, tapi ya begitu.”
“Nggak tahu juga Ibu, padahal Galih dan Ajeng sama-sama kelas dua belas.”
“Heheee… iya ….”
“Maafin Galih Jeng, sekedar menyapa saja enggak.”
“Biar saja Bu nggak apa-apa. Oh iya bu, Ajeng pamitan dulu ya, sudah sore.”
“Bener nggak minum dulu.”