“Aku sudah meralatnya. Semua sudah aku kirimi pemberitahuan. Emmm mungkin kamu terlewat Jeng.”
“Astaghfirullah …….. “ kata Ajeng seraya bergegas pergi. Hatinya dongkol, namun ia mencoba menekan rasa itu dengan istighfar.
“Tunggu Jeng.” Kata Bowo sambal menghalangi langkah Ajeng. Gadis itu berhenti, kemudian menggeleng.
“Baru kali ini aku tahu kualitas kamu yang sebenarnya Wo!” kata Ajeng dengan wajah memerah.
“Kan aku sudah bilang, mungkin terlewat.”
“Berapa jauh sih kelasmu dengan kelasku? Hanya beda dua ruangan, catat Wo, dua ruangan, paling juga tiga puluh langkah! Ngomong langsung kenapa? Nggak bisa? Kamu tahu nggak, gara-gara undanganmu aku membatalkan sebuah acara keluarga!”
Gadis itu pergi dengan muka merah menahan marah. Bowo mengejar kembali menghalangi Ajeng.
“Minggir Wo…. minggir kataku … “
“Maafkan aku Jeng.”
“Hmh!”
“Kamu maafkan aku kan?”