Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tangisan Santri Terakhir

6 Desember 2016   09:45 Diperbarui: 6 Desember 2016   10:00 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Bapaaakk...... “ Adi berbisik dekat telinga.

“ .....lllah ...mu...hammad...darrosul...sul....lull....lll....hhhhh......” bersamaan dengan kalimat yang melemah, mata Samekto terpejam perlahan.

Adi Kartiko menjerit memanggil-manggil nama gurunya. Beberapa tetangga satu demi satu berdatangan. Mereka melihat ada orang yang baru dikenalnya memeluk jasad Samekto. Laki-laki itu menangis ngguguk.

Angin semilir menerpa punggung perbukitan.

Tetangga yang berdatangan masih menunggu redanya tangis Adi Kartiko yang masih mengguncang-guncang, membangunkan tubuh gurunya. ***

Majalengka, 06 Desember 2016.

Keterangan Kata dalam Bahasa Jawa & Asing :

  • Brengkunung   : Tidak mau dinasehati
  • Filial                : Cabang
  • Waton ngucap : Asal Bicara / Bicara Asal
  • Ora ilok           : Tidak baik
  • Kondhang       : Terkenal
  • Brenginging    : Terdengar ada suara “nging-nging” di dalam telinga
  • Tremor            : Bergetar terus menerus
  • Anyep              : Kelewat dingin
  • Ngguguk         : Tersedu-sedu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun