Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tangisan Santri Terakhir

6 Desember 2016   09:45 Diperbarui: 6 Desember 2016   10:00 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah kontemplasi yang ia lakukan akhir-akhir ini, rupanya telah memutar ingatannya untuk kembali membayangkan desa kelahirannya. Tak ada siapa-siapa. Guru. Hanya Samekto, Guru Samekto, yang mungkin masih bisa ditemui untuk diziarahi.

Siang itu, Adi Kartiko, yang telah dikenal banyak orang menjadi Kyai Adi Kartiko menangis di pelukan tubuh kurus kering. Wajah kuyu. Pipi peot. Jemari gemetar semacam menderita tremor.

“Pak Guru ..... hhhh..... ibu kemana?”

“Ibumu sudah lama meninggal.”

“Ooo... inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun.... Ibu .... hanya ibu dan Pak Guru yang seharusnya aku temui di sini ..... aku terlambat Paaakk....”

“Suu...suudahlah Adi... semua sudah takdir. Semua orang akan berhenti pada titik yang digariskan Allah.”

“Siapa yang ngurus Bapak selama ini?” tanya Adi Kartiko sambil menggenggam tangan gurunya. Matanya melihat ada secangkir air bening dan setengah piring nasi. Hanya itu. Tanpa lauk-pauk.

“Nggaak ... nggaak ada ...”

“Bapaaakkkk...... kenapa nggak cari Adi ke pesantren? Kenapa nggak ada yang ngabarin Adi?”

“Adi, bapak nggak penting bagi siapapun. Bapak bersyukur, kadang masih ada yang peduli mengirim air dan nasi.”

“Kalau masih ada! Kalau tidak ada?!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun