Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tangisan Santri Terakhir

6 Desember 2016   09:45 Diperbarui: 6 Desember 2016   10:00 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Oh enggaak... enggak... ngggg.. Adi ... kalau ayahmu ingin kamu jadi apa?” tanya Samekto setelah bebarapa saat tadi terdiam.

“Kata ayah, terserah Pak Guru.”

“Nhaaaa..... ya sudah, kamu nanti ke pesantren.”

“Jadi apa?”

“Jadi orang! Hahaaa!”

“Aaah sekarang juga sudah jadi orang... tidak pantas aku jadi santri.”

“Kenapa?”

“Namaku tidak islami. Masa nama santri kok Adi Kartiko! Apalagi kalau aku misalnya aku sudah tua nanti, suruh jadi kyai, Kyai Adi Kartiko .. heheee...... lucuuuuu hahaa!”

“Adi, nama kamu itu maknanya dalam banget lho.”

“Dalam apaan, ayah saya itu memberi nama itu waton ngucapkok!”

“Hus! Ora ilok ngomongin orang tua begitu!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun