Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Remaja: Skenario di Gerbong Argo Lawu

21 Oktober 2016   21:50 Diperbarui: 24 Oktober 2016   11:28 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Ssstt.... ssst .... malu penumpang lain.”

“Habisnya sih kamu lucu!”

“Apanya yang lucu?”

“Sudah tiga tahun jadi mahasiswa wajahmu nggak berubah!”

“Aaah ngaco kamu Put. Tapi nggak apa-apa, aku orangnya stabil kok. Beda dengan Putri, dulu dengan seragam putih abu-abu kayak anak kecil. Sekarang... Masya Allooh Puuut .... aku hampir tak mengenali. Tambah dewasa.” kata Sapto sambil tak berkedip.

“Uuuh....”

“Tambah dewasa .... tambah cantik.”

“Saptooo.... aahh....” kata Putri sambil menahan senyum, membuang muka ke arah luar. Bibir Putri terkatub. Matanya berkaca-kaca.

Pertemuan dengan Sapto di gerbong kereta Argo Wilis sama sekali tak terduga. Sapto telah lama hilang terkabur banyak hal dalam ingatannya. Selama sejak lulus dari SMA. Memang gadis itu tahu, Sapto kuliah di Solo. Tapi hanya sekedar tahu. Sejak saat kelulusan hingga akhirnya ia kuliah di Yogyakarta hampir tiga tahun, Sapto tak pernah kontak. Ketika tahun lalu ada ulang tahun almamater dengan bazaar-nya, reuni angkatannya juga tak dijumpai Sapto.

“Putri ..... masih jadi kembang tanah air?” tanya Sapto yang memaksanya menoleh. Ia tahu, kembang tanah air adalah panggilan Sapto dulu di SMA ketika menerjemahkan namanya Putri Bunga Pertiwi.

“Masih laaah .... Sapto masih ultah tanggal tujuh?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun