“Buka lagi!”
“Kaak... Kakkk.... inii.... gambar siapa?”
“Ya... itulah bunga Simpeureum, impianku. Itulah.... itu gadis yang aku impikan menjadi kekasihku.”
“Kak...” tertahan kalimat Vi. Lehernya serasa susah untuk menelan. Haryo melihat perubahan wajah Vi. Ia menyodorkan minuman.
“Minum dulu Vi .... ayooo...” kata Haryo pelan. Vi menerima gelas kemudian meminum isinya.
“Kenapa harus gambar-gambarku?” tanya Visetelah tenggorokannya lega.
“Karena aku menyukainya.”
“Hmh...”
“Vi ini fotomu yang paling aku suka. Maaf aku mengambilnya tanpa sepengetahuanmu. Pernah suatu saat, Vi bersepada, aku ikutin. Ternyata Vi ke pasar Cigasong. Belanja sayur mayur. Ya Alloh! Vibelanja. Feminim banget Vii... aku suka Vi. Gadis remaja SMA belanja, feminim bangeet. Itu yang dulu mengacak-acak hati Haryo sulit melupakan Vi. Haryo bangga banget waktu itu. Vi masih ingat nggak ketika dulu di sekolah aku nanya: Livi bisa masak nggak? Ingat nggak Vi?”
“Iya, ingat.”
“Alhamdulillah. Waktu itu jawabanmu apa Vi?”