“Ya Allah ya Rabb! Kamu tidak mengerti arti minta maaf?”
“Apa itu minta maaf? Kami bukan orang baik-baik!”
“Ooo pantas…..”
“Banyak cakap kamu!” pemuda pertama yang bibirnya pecah menyerang. Rupanya ia sudah tahu dengan melihat gerakan Zaniar yang lincah tadi.
Kini Zaniar tak lagi main-main. Sambaran pemuda tadi dihindari dengan memiringkan tubuh, sambil berputar dengan gerakan yang sangat cepat kakinya melayang berputar tepat menghantam dagu pemuda tersebut dengan telak.
Prak! Brug!
Tak ada suara jeritan atau apa, tubuh pemuda itu langsung jatuh ke aspal tak berkutik. Zaniar kaget bukan kepalang. Ia tak pernah menyangka bahwa hantaman telapak kakinya mampu merobohkan pemuda itu. Pemuda kedua kaget melihat kejadian itu. Ketika melihat sinar mata Zaniar tajam ke arahnya, pemuda itu lari terbirit-birit.
Melihat pemuda itu lagi Zaniar menghela nafas dalam. Namun hanya sejenak perasaan lega. Di hadapannya sesosok tubuh terlentang tak bergerak di atas aspal. Muka Zaniar pucat. Ia menengok ke sana ke mari. Namun waktu menjelang maghrib rupanya tak banyak disukai orang. Tak ada orang di terminal lama. Zaniar berlari ke arah pasar.
“Tolong Pak …. tolooong…. “ kata Zaniar demi melihat orang paling dekat.
“Ada apa?”
“Ada orang pingsan!”