“Jadi benar yang menikah Safira?”
“Hkkk…hhh…..”
“Jangan menangis Topaz … aku segera ke Talaga, tunggu aku, jangan ke mana-mana? Kau ada di rumah bi Maya kan?”
“Hhhh…. Iya Kak, aku di bibi ..”
Saat itu Hilal tak peduli dengan pernikahan Safira. Sama sekali tak peduli dengan apa yang terjadi dengan keheranan para tetangga juga rekan-rekan Hilal dari sekolah. Meninggalkan perhelatan sakral, Hilal memacu mobilnya menuju Talaga bagai kesetanan. Wajah Topaz berkelebat. Wajah Hilal tegang. Ini adalah mimpi baginya.
Ting-ting-tong! Telephone. Hilal melihat layar HP. Topaz menghubungi.
“Kakak….”
“Iya… iya Topaz ada… ada apa?”
“Kakak sampai mana?”
“Sangraja, hampir Kawunghilir!”
“Sangraja? Empat menit? Kakak jangan ngebut. Kakak ngebut kan?”