Mohon tunggu...
Dicky Zulkifly
Dicky Zulkifly Mohon Tunggu... Jurnalis -

Aku hanya seorang pembelajar, yang tidak tahu apa-apa. Tugasku mengetahui banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengajak Desa Berlari

28 Agustus 2015   03:12 Diperbarui: 28 Agustus 2015   03:12 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika desa sukses membangun, maka kemajuan bangsa semakin menemui jati dirinya. Masyarakat cerdas karena pemimpin yang cerdas, masyarakat desa sejahtera karena pembangunan yang baik.

Mencari sosok pemimpin memang tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi untuk tataran pemimpin tingkat desa, sebut saja kepala desa (Kades). Selaku tombak negara, desa harus memiliki kekuatan politik, perekonomian, pendidikan dan pembangunan.

Ajang pemilihan kepala desa (Pilkades) perlu disandarkan pada aspek pencerdasan politik masyarakat desa, ajang demokrasi dan momentum pencarian sosok negarawan sejati. Kendati demikian, tidak bisa main-main bagi siapa saja yang berniat mengusung dan diusung diri sebagai calon pemimpin desa.

Undang-Undang (UU) No. 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa, seyogianya bisa difahami oleh masyarakat seluruhnya. Jika dalam istilah strategi politik dikenal ungkapan "grassroot", maka wawasan tata pemerintaan desa harus merumput sampai masyarakat lintas usia dan strata desa.

Karena wawasan adalah fondasi pembangunan peradaban desa yang baik dan terarah pada harmoni kemajuan, maka perlu ada sinergisitas antara berbagai komponen masyarakat.

Sebut saja keberadaan posisi "kelompok sepuh" dan "kelompok muda" yang selalu bersinggungan kepentingan, dan terkadang mengarah pada konflik yang didasari egosentris.

Ada istilah yang sepuh (kelompok tua) belum tentu memiliki pemikiran yang sepuh pula. Dan tidak selamanya, kelompok muda tidak semestinya berpemikiran terbelakang, bersikap pasif dan antikritik.

Kelompok sepuh terkadang memposisikan diri selaku pihak yang benar-benar berpengalaman untuk permasalahan hidup. Di pihak yang muda, merasa memiliki fisik yang kuat, emosi belum stabil, hingga bertindak spekulatif dalam bermasyarakat.

Ada yang dilupakan. Dalam proses pembangunan perlu tercipta sinergisitas berbagai kelompok masyarakat. Semisal dalam proses pemilihan Kades di desa, kaum muda yang didominasi oleh kelompok pemilih pemula, acap dieksploitasi bagi kepentingan politik buta. 

Alasannya jelas, karena keinginan kelompok muda masih bersifat jangka pendek, dan masih mengedepankan emosi ketimbang pemikiran jernih. Akibatnya, sikap pragmatis kelompok muda ini, dieksploitasi menjadi kekuatan untuk mendobrak pintu kekuasaan.

Pemilih pemula merupakan kelompok suci yang mesti dicerdaskan. Bukan dimanfaatkan tanpa landasan tanggung jawab dan ideologi yang benar. Sehingga, kelompok muda terselamatkan dan tidak dijadikan massa pendobrak kekuasaan saja, tanpa visi pencerdasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun