"Kau sudah melakukannya dengan baik, Aisyah. Sekarang, pulanglah. Beristirahat dan jaga dirimu. Waktu akan menunjukkan hasilnya."
Aisyah pulang dengan hati yang masih diliputi keraguan. Ia tidak tahu apakah ritual itu berhasil atau tidak, tapi yang pasti, ia merasa sangat lelah, baik secara fisik maupun mental. Arya yang menunggu di rumah, segera menyambutnya dengan pelukan hangat, namun Aisyah merasa semakin jauh dari kenyataan yang seharusnya ia jalani.
Masa kehamilan Aisyah terus berlanjut, namun kegelisahan dalam dirinya tidak pernah sepenuhnya hilang. Meskipun ia berusaha keras untuk meyakinkan dirinya bahwa ritual penutup itu telah memastikan segalanya, bayangan kemungkinan terburuk tetap menghantuinya. Aisyah terus berada dalam dilema, mencoba menyeimbangkan antara rahasia yang ia simpan dan kehidupan pernikahan yang tampak sempurna dari luar.
Namun, semakin lama, semakin sulit baginya untuk berpura-pura. Arya yang begitu peduli, mulai mencurigai ada sesuatu yang disembunyikan oleh Aisyah. Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul, dan Aisyah tahu bahwa waktunya semakin sedikit sebelum semuanya terbongkar. Kini, ia harus bersiap menghadapi kenyataan yang mungkin tidak bisa ia hindari lagi.
Kebenaran yang Tak Terelakkan
Bulan-bulan berlalu, dan kehamilan Aisyah semakin besar. Meski ritual penutup telah dilakukan, ketakutan dalam hatinya tak kunjung hilang. Aisyah terus hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian, bertanya-tanya apakah keputusan yang diambilnya benar.
Arya, di sisi lain, semakin memperlihatkan perhatian yang mendalam. Ia begitu bersemangat menyambut kelahiran anak pertama mereka. Setiap hari, Arya membicarakan rencana masa depan mereka sebagai keluarga, memilihkan nama untuk sang bayi, dan merencanakan segala sesuatu dengan begitu detail. Aisyah yang mendengarkan semua itu hanya bisa tersenyum tipis, menyembunyikan kecemasan yang kian membuncah.
Namun, di balik perhatian Arya, terselip keraguan. Arya tak bisa mengabaikan perubahan sikap Aisyah yang semakin tertutup dan gelisah. Ia sering menangkap istrinya melamun, dengan wajah yang tampak kusut, seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat. Arya mencoba menanyakan, namun Aisyah selalu menghindar, berkata bahwa itu hanya karena kelelahan atau tekanan dari kehamilan.
Suatu malam, Arya tak lagi bisa menahan rasa penasarannya. Saat mereka berdua sedang beristirahat di kamar, Arya memutuskan untuk berbicara dengan serius.
"Aisyah, ada yang ingin aku tanyakan. Tolong, jawab dengan jujur. Apa ada yang kau sembunyikan dariku? Aku merasa ada sesuatu yang mengganggumu, dan itu membuatku khawatir."
Aisyah terdiam, jantungnya berdegup kencang. Ia tahu saat ini akan datang, tapi ia belum siap menghadapinya. Ia mencoba menghindar lagi, namun tatapan Arya begitu tajam dan serius.