Namun, setelah pesta pernikahan usai dan mereka mulai menjalani kehidupan rumah tangga, Aisyah merasakan adanya perubahan dalam dirinya. Delapan bulan pernikahan mereka berlangsung harmonis, bahkan bisa dibilang penuh cinta dan kebahagiaan. Arya, dengan segala ketulusannya, memberikan segala yang diinginkan oleh Aisyah. Setiap keinginan Aisyah terpenuhi, tanpa ada kata 'tidak' dari Arya. Pria itu benar-benar mencintai Aisyah dengan sepenuh hati.
Tetapi, di balik semua itu, Aisyah mulai merasa ada yang kurang. Ia mulai merindukan kebebasannya, kehidupan sebelum menikah di mana ia bisa bermain dengan banyak laki-laki dan memanfaatkan mereka sesuka hati. Pikiran itu semakin menguat saat Aisyah mulai bertemu dengan laki-laki lain, orang-orang yang ia kenal dari acara-acara sosial yang dihadirinya bersama Arya.
Aisyah mulai terlibat dalam kehidupan malam lagi. Tanpa sepengetahuan Arya, ia sering keluar malam, berpesta dengan teman-teman barunya, dan terkadang berhubungan dengan laki-laki lain. Kebiasaan lamanya kembali, bahkan lebih intens dari sebelumnya. Meskipun ia tahu Arya tulus mencintainya, Aisyah merasa bahwa hidupnya terlalu terikat dan membosankan.
Suatu malam, saat mereka sedang makan malam bersama di rumah, Aisyah tiba-tiba merasa mual. Rasa mual itu begitu kuat hingga ia harus berlari ke kamar mandi. Arya, yang melihat perubahan itu, segera merasa khawatir dan memutuskan untuk membawa Aisyah ke dokter keesokan harinya.
Di klinik, dokter memeriksa Aisyah dengan teliti. Setelah beberapa saat, dokter itu tersenyum dan mengumumkan kabar yang mengejutkan bagi mereka berdua. "Selamat, Bu Aisyah, Anda sedang hamil."
Aisyah terdiam. Kata-kata dokter itu seakan menggema dalam kepalanya, berputar-putar tanpa henti. Hamil? Bagaimana ini bisa terjadi? Benaknya dipenuhi kebingungan dan ketakutan. Ia tidak yakin siapa ayah dari anak yang dikandungnya, karena ia tidak hanya berhubungan dengan Arya selama beberapa bulan terakhir.
Kegelisahan merayapi dirinya. Arya tampak sangat bahagia, bahkan memeluk dan mencium Aisyah dengan penuh cinta, mengucapkan terima kasih atas "anugerah" yang diberikan padanya. Namun, bagi Aisyah, ini adalah awal dari mimpi buruk. Bagaimana jika anak ini bukan dari Arya? Bagaimana jika kebenaran ini terungkap?
Dalam diam, Aisyah mulai memikirkan apa yang harus ia lakukan. Keputusan besar harus diambil, keputusan yang akan menentukan arah hidupnya selanjutnya. Di satu sisi, ia tahu Arya akan menjadi ayah yang baik, tapi di sisi lain, ia takut konsekuensi dari kebenaran yang mungkin terungkap.
Aisyah menyadari bahwa ritual yang dulu ia lakukan mungkin telah memberikan apa yang ia inginkan, tapi itu juga membawa kehancuran yang kini mengintainya.
Kepanikan mulai melanda, dan Aisyah harus memutuskan langkah berikutnya sebelum semuanya terlanjur hancur.
Dilema di Ujung Tanduk