Luka yang Tak Terlupakan
Aisyah menatap pantulan wajahnya di cermin. Air matanya berlinang, mengalir perlahan di pipinya yang pucat. Hatinya kembali dihantui rasa sakit yang begitu dalam. Ia ingat betul, bagaimana setiap kali ia membuka hatinya untuk seseorang, ia selalu berakhir terluka. Setiap hubungan yang dijalinnya berakhir dengan pengkhianatan dan air mata.
Setelah sekian kali disakiti, Aisyah merasa jenuh. Ia mulai berpikir bahwa mungkin ada sesuatu yang salah dengannya. Mengapa setiap laki-laki yang ia cintai selalu berakhir menghancurkan hatinya? Dalam kebingungannya, ia teringat cerita lama tentang seorang dukun yang terkenal bisa membantu wanita seperti dirinya. Awalnya ia ragu, tapi rasa sakit yang begitu mendalam membuatnya tak berpikir panjang lagi.
Malam itu, Aisyah pergi menemui dukun tersebut. Rumah dukun itu berada di pinggir hutan, terpencil dan penuh dengan aura mistis. Aisyah mengetuk pintu kayu tua yang sudah mulai lapuk. Tak lama, pintu itu terbuka dan seorang perempuan tua muncul dari baliknya. Wajahnya dipenuhi kerutan, namun matanya tajam, seolah bisa melihat langsung ke dalam jiwa seseorang.
"Anak muda, apa yang kau cari di tempat ini?" suara dukun itu serak namun berwibawa.
Aisyah ragu sejenak, namun ia akhirnya mengungkapkan isi hatinya. "Saya ingin membuat laki-laki mencintai saya, Bu. Saya ingin mereka bertekuk lutut di hadapan saya, tak lagi menyakiti saya seperti yang selama ini terjadi."
Dukun itu tersenyum tipis, seolah sudah menduga keinginan Aisyah. Ia kemudian mengangguk pelan. "Ada sebuah ritual yang bisa kau lakukan, tapi ritual ini memiliki konsekuensi yang berat. Apakah kau siap menanggungnya?"
Aisyah yang sudah terlanjur nekat, mengangguk tanpa ragu. Ia merasa tak ada lagi yang bisa lebih menyakitkan daripada perasaan patah hati yang selama ini ia rasakan.
Dukun itu kemudian memberikan instruksi mengenai ritual tersebut. Aisyah harus melakukan serangkaian ritual pada malam purnama, menggunakan bahan-bahan tertentu yang diberikan dukun itu. Ritual itu membutuhkan konsentrasi penuh dan harus dilakukan dengan hati yang sepenuh-penuhnya.
Malam purnama berikutnya, Aisyah mengikuti semua petunjuk dengan teliti. Ia merapal mantra yang diberikan, menyalakan lilin hitam, dan membakar dupa yang mengeluarkan asap tebal. Semakin lama, Aisyah merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Sebuah kekuatan yang tak terlihat, namun sangat nyata, mulai menguasai dirinya.