Aku tidak pernah bisa melihatmu lagi selain dari photo yang aku ambil secara diam-diam di arsip ruang  TU. Photo saat wajahmu pertama kali masuk sekolah ini. Maafkan aku yang tak sempat meminta izin darimu untuk menyimpannya. Aku tak punya cara lain lagi bagaimana aku bisa meminta maaf  kepadamu. Biarkan saja aku meminta maaf kepada photomu di setiap malam menjelang tidur. Kamu yang tak pernah bisa lepas dari ingatanku. Sejauh aku berusaha melupakanmu, ingatan itu malah makin tajam menyeruak dalam otakku. Seberapa jauh aku pergi aku tetap tidak bisa meninggalkan kenangan itu.
Maafkan..maafkan aku yang telah berani menyukaimu. Maafkan aku jika aku pernah membuatmu malu. Diza suatu saat aku ingin menjadi seorang penulis terkenal. Aku ingin menceritakan kamu kepada dunia. Aku ingin mengatakan bahwa aku sungguh sulit untuk melupakanmu. Aku berharap suatu saat nanti kamu bisa membaca karyaku. Tidak peduli apakah kamu masih mengingat kenangan semasa kita Tsanawiyah atau tidak. Diza dengan lancang aku meminta izin untuk mengabadikan sebagian tentang kamu.Â
Kamu yang membuat hari-hariku bahagia sebagai remaja. Kamu yang telah berhasil membuatku selalu rindu walau tanpa bertemu. Kamu cinta pertama dalam hidupku. Kini aku tak berharap menjadi apapun di hidup kamu. Ketika aku sudah dewasa aku akan menganggapmu sebagai teman masa kecilku yang berharga. Jadi jangan takut jika suatu saat takdir mempertemukan kita kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H