“Hmmm... “ sahut Aira dengan manja.
“Besok, kamu ke rumah Orang Tuaku, masih ingat gudang belakang tempat aku sering melukis dan menulis cerita untuk kamu kan?”
Aira mengangguk pelan sambil membenahi selimut yang membungkus tubuh Bagus.
“Di pojokan ada sebuah kotak kayu besar, besok kamu ambil barang yang ada di dalamnya ya...”
“Hmmm, emang barang apaan siih, kok kamu naruhnya di gudang itu?”
Bagus tersenyum tak menjawab. Senyum dingin yang buat Aira bergetar, namun Aira menepis pikiran buruknya.
“Udah malam, kita masuk yuuk” ajak Aira.
Bagus mengangguk, digenggamnya jemari Aira dengan erat sambil memandang sisa-sisa sinar bulan. Bagus menghembuskan napas panjangnya, perlahan melepas genggamannya dan tersenyum pada Aira.
**
“Mbak, mbak… mbak Aira!!” tubuh Aira di guncang-guncang dengan keras.
“Mmmmm…” Aira membuka matanya dengan malas, samar dia melihat Tasya tengah berdiri di hadapannya sambil menarik selimut yang ada di samping Aira.